KOMPAS.com – Saat ini, alam kita sedang mengalami krisis. Menurut data satelit tahun 2017, hutan di Indonesia mengalami penurunan yang mengkhawtirkan karena aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan.
Kegiatan dari aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan meliputi perluasan lahan kelapa sawit dan pembangunan pemukiman penduduk yang seringkali merampas wilayah hutan di Indonesia.
Menyoroti pembangunan rumah bagi penduduk, Thomas Barano, seorang Conservation Scientist dari WWF Indonesia, menyarankan pembangunan vertikal seperti rumah susun sebagai solusinya.
Solusi tersebut diutarakannya setelah melihat Singapura yang berhasil merestorasi hutan dengan melakukan pembangunan vertikal dalam bentuk rumah susun.
“Harapannya begini, misalkan Singapura, dia tahun '60-an sama dengan Jakarta sekarang yang pertumbuhannya horizontal. Tapi, dengan mengubah menjadi vertikal, pertumbuhan vegetasinya meningkat,” jelas Thomas saat ditemui pada kegiatan perilisan Living Planet Report, Jumat (16/11/2018) di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Singapura bahkan dapat meningkatkan restorasi hutan hingga mencapai 54 persen dari yang sebelumnya masih berada di bawah 30 persen.
Thomas berkata bahwa dengan melakukan pembangunan secara vertikal, kita dapat memanfaatkan lahan yang sebelumnya direncanakan untuk membangun pemukiman secara horizontal untuk ruang terbuka hijau.
“Sebagai contohnya, Jakarta kan ruang hijaunya perlu 30 persen, tapi sekarang masih sembilan persen. Untungnya, sekarang pola tinggal rumah susun itu mulai marak, ini sisa lahan yang tidak digunakan bisa diarahkan untuk membuka lahan hijau. Jadi rumah susun itu salah satu solusi penghijauan di Indonesia. Contohnya ya Singapura tadi,” jelasnya.
Solusi ini juga didukung oleh letak geografis Indonesia di wilayah tropis yang membuat lahan hijau mudah untuk direstorasi. Di Kalimantan, ujar Thomas mencontohkan, lahan gambut bisa timbuh kembali hanya dengan tidak diganggu selama dua tahun.
“Tapi masalahnya, seberapa jauh kita bisa mengontrol penggunaan lahan yang secara sporadis mengokupasi menduduki lahan hutan. Ini jadi PR kita karena masih banyak warga kita yang masih butuh lahan,” imbuhnya.
Jika masyarakat dapat mengontrol penggunaan lahan, mengerti betapa pentingnya lahan hijau di Indonesia, dan mau untuk menggunakan rumah susun sebagai opsi tinggal tetap mereka; dipercaya akan memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Bahkan selain bermanfaat bagi manusia, ini dapat memberikan harapan baru bagi spesies yang terancam karena habitatnya hilang oleh aktivitas manusia.
“Kalau hutan itu bisa dihubungkan kembali, beberapa spesies bisa bertahan dan kembali lagi,” pungkas Thomas.
https://sains.kompas.com/read/2018/11/17/190700623/bagaimana-rumah-susun-bisa-membantu-kelestarian-alam-jakarta-