Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bumi Super Baru Ditemukan Mengorbit Tetangga Terdekat Matahari

Planet seperti ini kemungkinan menjadi target utama dalam pencarian tanda-tanda kehidupan.

Planet yang mengorbit pada bintang Barnard itu hanya berjarak enam tahun cahaya dari Bumi. Dengan massa planet 3,2 kali lebih besar dari Bumi, ia pun masuk dalam kategori "Bumi Super".

Laporan tentang planet Super Bumi telah diterbitkan di jurnal Nature, hari ini (15/11/2018) oleh Guillem Anglada Escudé dan rekannya.

Kepada BBC News, Rabu (14/11/2018), Escudé yang merupakan astronom dari Queen Mary University, London, berkata bahwa planet baru ini mungkin merupakan planet paling berbatu dengan atmosfer yang sangat besar. Planet ini juga mungkin kaya akan volatil seperti air, hidrogen, dan karbon dioksida yang beku di permukaan.

Tetangga terdekat Matahari

Seperti dilansir Science Alert, Rabu (14/11/2018), bintang yang mengorbit pada planet itu disebut Bintang Barnard.

Bintang ini merupakan katai merah yang sudah ada di ruang angkasa sebelum Tata Surya kita lahir. Dengan jarak hanya 6 tahun cahaya dari Bumi, itu adalah bintang soliter yang paling dekat Matahari.

Bintang katai merah jauh lebih kecil dan lebih dingin dari Matahari, dan bintang Barnard merupakan salah satu katai merah yang paling tenang.

Kondisi bintang Barnard yang relatif ringan dan jaraknya yang dekat dengan Bumi membuat para astronom lebih mudah menemukan exoplanet, salah satunya planet Bumi atau planet Bintang Barnard B.

Huruf "B" di akhir nama Planet Bintang Barnard B menunjukkan bahwa planet tersebut adalah yang pertama dalam sistemnya. Misalnya nanti ditemukan planet lain dalam sistem ini, kemungkinan akan disebut Bintang Barnard C.

BBC melaporkan, planet ini mengorbit di luar batas yang disebut "garis salju", yang melewati zona layak huni, di mana air dapat tetap berbentuk cair di permukaan.

Pada jarak tertentu, diperkirakan suhu bisa mencapai sekitar -150 derajat Celsius di permukaan planet. Namun, atmosfer yang sangat besar berpotensi menghangatkan planet ini, membuat kondisi lebih ramah terhadap kehidupan.

Nutasi itu juga memengaruhi cahaya yang datang dari bintang. Saat bergerak menuju Bumi, cahayanya tampak bergeser ke arah bagian biru spektrum dan saat bergerak menjauh, tampak bergeser ke arah merah.

"Planet ini sangat rumit karena periode orbital (waktu untuk menyelesaikan satu orbit penuh) adalah 233 hari. Dalam satu tahun, Anda hanya melihat satu bagian dari siklus dan Anda harus mengamatinya selama brtahun-tahun untuk memastikan peristiwa itu berulang," kata Escudé.

Escudé dan timnya harus memeriksa ulang data yang diarsipkan dan diperoleh dari dua survei astronomi selama periode 20 tahun.

Mereka juga menambahkan pengamatan baru dengan spektrometer Carmenes di Almeria, Spanyol, instrumen Eso/Harps di Chili, dan instrumen Harps-N di kepulauan Canary.

Ini adalah pertama kalinya teknik kecepatan radial telah digunakan untuk mendeteksi planet kecil ini begitu jauh dari bintang induknya.

"Kami tidak bisa mendapatkan kesimpulan ini hanya dari satu eksperimen, jadi kami harus menggabungkan beberapa data dengan sangat hati-hati," kata seorang astronom dari Queen Mary University of London.

Saat teleskop generasi baru muncul di masa depan, para ahli berharap dapat mengungkap karakter planet yang mencakup pencairan gas seperti oksigen dan metana di atmosfernya, yang mungkin bisa jadi penanda kehidupan.

"Saat ini AS sedang mengembangkan WFirst, teleskop kecil yang digunakan untuk kosmologi. Teleskio ini diyakini dapat memberi gambaran planet dengan lebih mudah dan kita bisa melakukan spektroskopi atau melihat panjang gelombang yang berbeda di optik, di inframerah, melihat apakah cahaya diserap dengan warna yang berbeda, yang berarti ada hal-hal yang berbeda di atmosfer".

https://sains.kompas.com/read/2018/11/15/190100623/bumi-super-baru-ditemukan-mengorbit-tetangga-terdekat-matahari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke