Sebelumnya, teori bumi datar juga sempat muncul dan menimbulkan banyak perdebatan di kalangan masyarakat dunia. Sebab, teori ini bertentangan dengan konsep bumi bulat yang selama ini sudah ditanam dan dipahami oleh masyarakat.
Dilansir dari Astronomy.com, sejumlah ahli "menawarkan" teori baru tentang obyek-obyek luar angkasa yang mereka sebut sebagai synestia. Tubuh planet mengalami benturan keras dengan tubuh benda lainnya. Hal itu menghasilkan bentuk menyerupai donat yang memiliki lubang di bagian tengahnya.
Namun, bentuk bumi donat itu tidak bertahan lebih dari 100 tahun, selanjutnya akan kembali menjadi bulat sebagaimana kita kenal selama ini.
Jika berbentuk donat, itu berarti ada lubang di bagian tengahnya. Namun, selama ini lubang tersebut tidak pernah terlihat.
DIkutip dari Vice, seorang bernama Varaug pada 2012 memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut dalam sebuah forum internet.
"Cahaya melengkung mengikuti bentuk donat sehingga membuat lubang di bagian tengah tidak dapat terlihat," kata Varaug.
Kemudian, teori ini juga memunculkan banyak kontroversi. Bagaimana gravitasi ada jika bentuk bumi berupa donat.
Varaug menjawab dengan sederhana meski dinilai kurang memuaskan.
"Bayangkan donat. Bayangkan donat berselai. Gravitasi itu seperti selai di atas donat (menempel)," tuturnya.
Tak berdasar
Di lain pihak, seorang astrofisikawan, Dr Tabetha Boyajian, menyatakan teori ini tidak dapat dikatakan ilmiah, mulai dari dasar pencetusannya.
Asisten Boyajian, Tyler Ellis, menjelaskan bahwa Varaug gagal membentuk istilah yang konsisten sebagai hipotesis. Padahal, hipotesis menjadi bagian penting dalam proses penelitian ilmiah.
Banyak pertanyaan yang tidak bisa dijelaskan menggunakan teori bumi donat ini. Menurut Boyajian, bumi donat ini tidak akan bisa memiliki siang dan malam sebagaimana bumi bulat yang kita yakini yang memiiki waktu rotasi 24 jam.
Ia melanjutkan, jika benar bumi berbentuk donat, sinaran matahari terhadap bumi akan lebih tidak merata dibandingkan yang terjadi saat ini.
Konsekuensinya, musim di dunia ini akan sangat bervariasi, angin menjadi sangat kencang, dan cuaca yang sangat ekstrem akan menyebabkan kehiduan bumi begitu sulit.
Profesor dari Oxford, Anders Sandberg, mempelajari lebih lanjut tentang model bumi donat ini. Senada dengan yang disampaikan Boyajian, Sandberg juga menyebutkan akan ada banyak perbedaan yang terjadi.
"Gravitasi akan lebih lemah pada bagian luar dan dalam garis ekuator, dan lebih kuat pada bagian dekat kutub. Kemudian peluncuran roket lebih mudah di titik-titik tertentu, wilayah di sekitar lubang akan mengalami musim ganda (musim dingin dua kali setahun), awan berada tiga kali lebih tinggi, dan angin akan lebih kencang,” kata Sandberg.
Teori bumi donat ini tidak memiliki teori lain yang menjadi dasar kuat, berbeda dengan klaim bumi datar yang didukung oleh teori bandul dari Foucoult.
Meski sudah muncul sejak bertahun-tahun yang lalu, hingga saat ini teori bumi donat masih banyak dianggap hanya sebagai lelucon dan wacana politik semata.
https://sains.kompas.com/read/2018/11/15/135748423/muncul-teori-bentuk-bumi-seperti-donat-bagaimana-penjelasannya