Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Radiasi Ponsel Terbukti Picu Kanker pada Tikus, Berlaku untuk Manusia?

KOMPAS.com - Sebuah penelitian dari Amerika Serikat yang berjalan cukup lama menemukan bukti tak terbantahkan antara radiasi ponsel dengan kanker pada tikus jantan.

Penelitian tersebut membuktikan bahwa tingkat paparan tinggi dari radiasi gelombang radio, yang dipancarkan ponsel, terkait erat dengan munculnya kanker hati pada tikus jantan.

Beberapa bukti adanya kaitan antara radiasi ponsel dengan tumor otak dan kelenjar adrenal juga ditemukan pada tikus jantan. Namun pada tikus betina dan mencit jantan, tanda-tanda kanker tidak terdeteksi dengan jelas.

Hal ini disimpulkan oleh para peneliti dari National Toxicology Programme (NTP) dalam laporannya, Kamis (01/11/2018).

Program ini dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS. Tujuan utamanya, meninjau toksisitas radiasi ponsel sebagai benda yang sangat mudah ditemui di kehidupan modern.

Bukti tak terbantahkan

Paparan radiasi yang digunakan dalam percobaan ini memang melebihi tingkat yang selama ini dialami manusia. Meski begitu, temuan ini menunjukkan bukti tak terbantahkan antara radiasi ponsel dengan kanker.

"Paparan dalam studi tidak dapar dibandingkan langsung dengan yang dialami manusia saat menggunakan ponsel," ungkap Dr John Bucher, ilmuwan senior NTP dikutip dari The Independent, Jumat (02/11/2018).

"Dalam penelitian kami, tikus dan mencit menerima radiasi frekuensi radio di seluruh tubuh mereka. Sebaliknya, sebagian besar manusia terpapar di jaringan lokal tertentu, bagian tubuh terdekat mereka memegang telepon," imbuhnya.

Meski begitu, dia menambahkan bahwa mereka percaya hubungan antara radiasi ponsel dengan tumor pada tikus jantan adalah hal yang nyata. Bucher juga menegaskan peneliti lain yang tak terlibat juga setuju dengan temuan mereka.

Eksperimen ini membutuhkan waktu cukup lama, selama beberapa dekade. Selama itu, jaringan hewan disisir untuk mencari tanda-tanda tumor yang dialami tikus etelah dipapari radiasi ponsel selama 9 jam sehari dalam dua tahun.

Hasilnya, mereka menemukan pada tikus jantan yang terpapar radiasi ponsel mengalami insiden tumor jantung yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol.

Namun, pada tikus betina, bukti setiap kanker yang terbentuk digambarkan masih "samar-samar". Artinya, memang ada peningkatan dalam molekul yang berkaitan dengan kanker tapi tidak ada bukti nyata terbentuknya kanker.

Pada Manusia

Jika paparan radiasi ponsel telah terbukti terkait erat dengan tumor pada tikus jantan, lalu bagaimana efeknya pada manusia?

Untuk diketahui, penelitian ini berfokus pada sinyal nirkabel 2G dan 3G, jenis yang banyak digunakan saat penelitian ini dimulai pada sekitar 1990-an.

Namun, pada perkembangannya, ponsel saat ini telah menggunakan teknologi WIFI dan 4G, bahkan mungkin 5G pada 2020 mendatang.

Dilansir dari New York Times, Jumat (02/11/2018), frekuensi gelombang 4G dan 5G jauh lebih tinggi. Meski demikian, para ilmuwan menyebut bahwa gelombang radio ini jauh kurang berhasil menembus tubuh manusia dan tikus.

Untuk menghindari kritik akibat teknologi yang sudah usang, para peneliti berencana melakukan penelitian dengan teknologi yang lebih baru.

Pada penelitian baru itu, ilmuwan akan fokus pada tanda-tanda fisik yang terukur seperti penanda biologi hingga kerusakan DNA.

Di luar itu, Lembaga Kanker Amerika juga memandang bahwa tidak perlu ada perhatian yang meningkat sehubungan dengan penelitian ini.

"Kasus tumor otak pada manusia tidak meningkat selama 40 tahun terakhir," ujar Otis Brawley, kepala petugas medis Lembaga Kanker Amerika dikutip dari USA Today, Jumat (02/11/2018).

"Itu adalah fakta ilmiah paling penting," tegasnya.

https://sains.kompas.com/read/2018/11/05/190100823/radiasi-ponsel-terbukti-picu-kanker-pada-tikus-berlaku-untuk-manusia-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke