Dengan jarak yang tidak terlalu dekat, risiko kesehatan bagi ibu dan bayi pun dapat diminimalisir.
Hal ini tidak hanya berlaku bagi perempuan yang berusia 35 tahun ke atas, tapi bagi semua perempuan.
Dalam melakukan penelitiannya, para ahli dari University of British Columbia (UBC) dan Harvard T.H. Chan School of Public Health, menganalisis hampir 150.000 catatan kesehatan ibu dan bayi di Kanada.
"Studi kami menemukan ada peningkatan risiko pada ibu dan bayi bila kehamilan berjarak dekat, termasuk wanita yang usianya 35 tahun ke atas," kata pemimpin studi Laura Schummers dari pascadoktoral UBC.
"Temuan ini penting untuk wanita yang usianya lebih tua. Sebab, wanita yang berusia lebih tua cenderung mengambil pilihan untuk memiliki anak dengan jarak yang dekat," imbuhnya seperti dilansir IFL Science, Senin (29/10/2018).
Jeda kehamilan yang dekat tidak hanya berisiko untuk perempuan yang usianya lebih dari 35 tahun. Risiko kesehatan juga mengancam bayi dan ibu yang berusia 20 sampai 34 tahun.
Laura dan timnya menemukan bahwa interval atau jarak kurang dari 18 bulan berkaitan dengan risiko kehamilan yang lebih tinggi.
Ibu berusia lebih dari 35 tahun yang jarak kehamilan dan melahirkan hanya 6 bulan berisiko mengalami kematian sebesar 1,2 persen (12 kasus per 1.000 kehamilan) atau risiko kelahiran prematur sebesar 6 persen.
Dengan menunggu jeda kehamilan sampai 18 bulan, risiko itu bisa berkurang hampir setengahnya.
Sementara perempuan berusia 20 sampai 34 tahun yang hamil enam bulan setelah melahirkan, memiliki risiko kelahiran prematur sebesar 8,5 persen dan mereka yang jeda kehamilannya lebih dari 18 bulan, risiko itu turun sampai 5 persen.
Dari sini penulis menyimpulkan bahwa ada risiko kesehatan berbeda untuk kelompok usia berbeda.
Dengan studi ini, ahli berharap dapat membantu para ibu yang berusia lebih tua untuk merencanakan keluarga. Sementara risiko tinggi pada kelompok usia yang lebih muda kemungkinan mencerminkan kurangnya informasi saat mulai melakukan keluarga berencana.
"Jarak kehamilan pendek mungkin mencerminkan kehamilan yang tidak direncanakan, terutama di kalangan wanita muda," kata Dr Sonia Hernandez-Diaz, profesor epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health.
"Meningkatnya risiko bisa disebabkan oleh tubuh yang tidak diberi banyak waktu untuk pulih secara sempurna atau faktor yang terkait dengan kehamilan yang tidak direncanakan, seperti perawatan pranatal yang tidak memadai. Untuk itu, kami merekomendasikan untuk melakukan kontrasepsi pascapartum atau menggunakan kondom setiap kali berhubungan badan dengan suami," tutupnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/11/05/173200323/sains-ungkap-jarak-waktu-yang-ideal-bagi-ibu-untuk-hamil-lagi