Untuk pertama kalinya, tim peneliti Internasional merekonstruksi tulang rusuk dan tulang punggung dari seorang Neanderthal yang meninggal sekitar 60.000 tahun lalu.
Hasil yang mereka temukan jauh berbeda dengan penggambaran Neanderthal selama ini. Ahli menemukan, manusia purba Neanderthal juga memiliki tulang lurus dan ukuran dada yang sama seperti kita.
"Neanderthal memiliki hubungan budaya yang dekat dan kompleks dengan manusia modern, tetapi fisik mereka berbeda dengan kita dalam beberapa hal," kata rekan penulis Patricia Kramer, seorang antropolog ahli energik lokomotor dari Universitas Washington.
"Memahami adaptasi mereka memungkinkan kita untuk memahami jalur evolusi manusia modern".
Dilansir Science Alert, Kamis (1/11/2018), tim peneliti memusatkan penelitian pada toraks, area tubuh yang mencakup tulang rusuk, tulang belakang, juga rongga jantung dan paru-paru.
Wilayah tersebut sangat penting karena dapat memberi informasi tentang pernapasan dan keseimbangan.
Sejak Neanderthal pertama ditemukan hampir 150 tahun lalu, para ahli terus berdebat tentang ukuran dan bentuk toraks Neanderthal.
Beruntung, ada satu spesimen Neanderthal yang tulang belakang dan tulang rusuknya diawetkan dengan baik.
Menurut ahli, itu adalah salah satu kerangka Neanderthal yang ditemukan paling utuh hingga saat ini. Ia dikenal dengan nama Kebara 2 atau "Moshe". Moshe ditemukan di pegunungan Carmel, Israel Utara pada 1983.
Untuk mengamati tulang toraks Moshe, para ahli mengaku harus bekerja ekstra teliti.
"Kami harus melakukan CT Scan setiap ruas tulang belakang dan tulang rusuknya satu persatu, kemudian menggabungkannya kembali dalam bentuk 3D," kata ahli lain Alon Barash yang seorang dosen di Universitas Bar Ilan, Israel.
Dari apa yang diamati tim ahli, mereka menegaskan bahwa toraks yang dimiliki Neanderthal ukurannya hampir sama dengan toraks manusia modern. Bedanya, toraks bagian bawah Neanderthal sedikit lebih lebar.
Hal ini tentu saja mematahkan asumsi sebelumnya yang menyebut bahwa Neanderthal lebih tinggi dibanding manusia, dengan dada dan paru-paru yang lebih besar.
Hal ini menunjukkan, meski Neanderthal memiliki ukuran yang sama dengan kita, mereka sebenarnya memiliki diafragma yang lebih besar.
Para ahli berpikir, diafragma itulah yang membuat Neanderthal dapat menghirup lebih banyak oksigen dibanding manusia modern.
"Neanderthal memiliki toraks sedikit lebih lebar, dan orientasi horisontal tulang rusuknya menunjukkan bahwa Neanderthal lebih mengandalkan diafragma untuk bernapas," kata penulis senior Ella Been dari Ono Academic College.
"Sementara manusia modern bergantung pada diafragma dan perluasan tulang rusuk untuk bernapas".
Para ahli yang terlibat dalam studi ini mengakui masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, seperti bagaimana Neanderthal bernapas dan mengapa mereka membutuhkan paru-paru yang kuat.
Meski begitu, mereka berhasil mengungkap kejutan besar lagi setelah sebelumnya berhasil mengungkap bahwa Moshe memiliki postur tubuh tegak dan tulang belakang yang lebih tegak dari manusia modern.
Studi ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications, Selasa (30/10/2018).
https://sains.kompas.com/read/2018/11/02/200200823/ukuran-dada-seperti-kita-kok-neanderthal-bisa-bernapas-lebih-dalam-