KOMPAS.com – Dalam gelaran Indonesia Science Expo (ISE) 2018, banyak peneliti muda Indonesia yang menciptakan karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Salah satunya adalah Christianus Piguno Wardoyo, pelajar tingkat akhir dari SMA I Bantul Yogyakarta yang menciptakan alat penetas telur otomatis.
Fungsi dari alat penetas telur otomatis ini, menurut Piguno, bukan mempercepat penetasan telur, tetapi meningkatkan kesuksesan dari penetasan telur.
Temuan ini terinspirasi dari pengalamannya sebagai anggota keluarga peternak ayam yang sering gagal menetaskan telur ayam.
“Di rumah saya beternak ayam, tapi pengalaman saya dari induk ayam yang bertelur, misalkan 13 telur, yang menetas tidak semua. Itu induk yang harusnya dia mengerami telur malah dia pergi. Itu memang sering banget terjadi, induknya ngeluyur, ibaratnya lari dari tugas,” jelas Piguno.
Piguno mengatakan, pada dasarnya mesin penetas telur bukanlah alat yang pertama di dunia. Sebelumnya, sudah ada alat penetas telur yang mirip dengannya, hanya saja masih ada kekurangan dari mesin penetas telur generasi sebelumnya.
“Bedanya dengan punya saya itu, mesin sebelumnya masih manual, pembalikan telurnya setiap 6 jam sekali. Jadi ini menyulitkan peternak. Bayangkan kalau itu dilakukan setiap hari selama 21 hari sama peternak, kan begitu melelahkan,” ungkap Piguno saat ditemui pada ISE 2018 pada Kamis (01/11/2018).
Mesin temuan Piguno dilengkapi dengan dua sensor yang berfungsi untuk mendeteksi suhu dan kelembapan dari telur. Selain itu, mesin ini juga dilengkapi dengan dengan lampu dan cooling fan untuk mengendalikan suhu ruangan inkubator.
Ketika suhu di dalam ruang inkubator telur menurun, maka lampu penghangat akan menyala secara otomatis. Begitu pula ketika suhu di dalam ruang berubah menjadi tinggi, maka pendingin akan menurunkan suhu tersebut. Intinya, mesin ini akan menstabilkan suhu menjadi 38 celcius dengan kelembapan 50-70 persen.
“Lampunya menggunakan yang 5 watt dengan jumlah enam untuk ukuran 100 telur. 30 Watt itu sudah setara dengan suhu induk ayam sendiri dan konsumsi dayanya dalam satu bulan hanya habis Rp 15.000,” jelas Piguno.
“Jadi setinggi apapun suhunya, telurnya tetap akan stabil pada suhu normal. Jadi ada pendinginnya juga. Ini untuk mengatur kelembapannya. Jadi ada sistem sirkulasi udara di dalamnya,” imbuhnya.
Seakan melengkapi kebutuhan bagi para peternak ayam, Piguno juga menambahkan alat pembalik telur secara otomatis yang akan beroperasi setiap enam jam sekali. Ini bertujuan agar kehangatan pada telur terbagi merata dan persis seperti proses alam yang dilakukan oleh induk ayam.
Tidak berhenti sampai di sini, Piguno semakin menyempurnakan alat ini dengan memberikan kamera pemantau yang terhubung dengan aplikasi di smartphone peternak. Ini ia lakukan demi menjawab kesulitan peternak yang harus mengecek kondisi telurnya enam jam sekali.
Hasilnya, dari setiap percobaan, baik pada telur ayam maupun telur bebek, keberhasilan menetaskan telurnya meningkat hingga 93 persen. Bahkan, mesin yang ia temukan sejak 2017 silam ini telah mampu menghasilkan unggas-unggas yang masih sehat hingga sekarang.
Namun, bukan berarti mesin ini tidak perlu disempurnakan. “Kekurangannya kita belum ada sistem backup daya. Jadi, kalau listrik mati, alatnya ikut mati, dan waktu yang dibutuhkan untuk menetaskan telur jadi bertambah. Ke depan, kita akan membuat sistem backup daya yang otomatis,” papar Piguno.
Ia berencana ketika mesin ini disempurnakan, ia akan melakukan pengabdian masyarakat dengan memprioritaskan pembuatan mesin ini bagi kalangan peternak kecil guna meningkatkan kesejahteraan mereka.
https://sains.kompas.com/read/2018/11/02/183400923/hemat-dan-efektif-alat-penetas-telur-otomatis-karya-pelajar-yogyakarta