Tempat pertama di Dusun Janji Mauli, Desa Tambun Sukkean, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Dalam peristiwa ini, empat anggota keluarga ditemukan tewas.
Ibu dan kedua anaknya yang masih berusia 2 dan 5 tahun ditemukan telentang bersimbah darah. Sementara, kepala keluarga yang diduga kuat membunuh istri dan kedua anaknya ditemukan tewas dengan luka sayatan di pergelangan tangan.
Di hari yang sama, warga kompleks perumahan Kebun Sirih, Bukit Sangkal, Palembang juga dikejutkan dengan peristiwa berdarah dari sebuah keluarga pengusaha. Dalam kasus ini, polisi menemukan luka tembak pada kepala masing-masing korban.
Untuk diketahui, familicide adalah peristiwa pembunuhan di mana seorang pelaku membunuh anggota keluarga. Dalam setengah kasus, si pembunuh kemudian berakhir bunuh diri.
Selain dua kejadian tersebut, peristiwa familicide sudah beberapa kali terjadi. Tak hanya di Indonesia, tapi juga luar negeri.
Dilansir ABC News, Juni 2007, para ahli berkata bahwa kebanyakan pria yang terdorong untuk membunuh anggota keluarganya melakukannya karena mereka sering merasa malu, mungkin karena kehilangan pekerjaan atau tidak mampu menyediakan kebutuhan keluarga.
Psikolog forensik dan kriminolog mengatakan, para pelaku familicide, baik pria maupun wanita, biasanya memiliki sejarah panjang penyakit mental, cenderung depresi atau psikotik.
"Perempuan lebih mungkin membunuh anak-anak mereka dibanding laki-laki. Tapi laki-laki mampu membunuh anak-anak juga pasangan mereka," kata Dr John Bradford, kepala departemen psikiatri forensi dari Universitas Ottawa.
Dalam beberapa kasus familicide yang pelakunya adalah kepala keluarga, sering kali motif yang menjadi pemicu adalah masalah keuangan.
"Uang sering menjadi masalah. Pria melihat dirinya sebagai pencari nafkah dan mungkin merasa seperti dia harus membawa seluruh keluarga keluar (dari masalah) bersamanya," ujar Philip Resnick, profesor psikiatri dari Case Western Reserve University.
Seorang profesor kriminologi dari Florida State University, memperkirakan bahwa ada sekitar 16.000 pembunuhan yang dilakukan setiap tahun. Kurang dari 2.000 anggota keluarga terlibat, termasuk orangtua yang membunuh anak-anak mereka.
Sementara itu dalam laporan Psychology Today, (8/8/2018), Lilian De Bortoli seorang peneliti di Universitas Swimburne, Australia mengidentifikasi ada tiga jenis ayah yang membunuh anak-anak mereka:
1. De Facto Male
Pembunuh anak jenis ini adalah ayah tiri atau pacar yang tinggal bersama dengan pasangan dan anak-anaknya. Dia biasanya hanya membunuh seorang anak. Pembunuhan dilakukan secara langsung dan keras seperti memukul, mencekik, melempar, dan sebagainya.
2. Separated Father
Anak-anak yang dibunuh adalah darah dagingnya sendiri. Mereka biasanya sudah berpisah atau bercerai dengan ibunya, dan ayah dalam kategori ini memiliki sejarah menyalahgunakan diri, anak-anak, ataupun keduanya.
Balas dendam terhadap ibu seringkali menjadi motivasi dan pembunuhan sering terjadi selama perselisihan hak asuh anak.
3. Coupled Father
Seorang ayah yang membunuh anak-anaknya sementara keluarganya masih utuh. Dia biasanya memiliki sejarah kriminal.
Tipe ini berisiko tinggi bukan hanya membunuh anak-anak, tetapi juga anggota keluarga lain.
Sebagian besar pembunuhan tipe ini melibatkan banyak korban, dan mungkin tidak hanya pasangan dan anak-anak, tetapi juga anggota keluarga lain yang kebetulan ada saat peristiwa terjadi.
Dalam masing-masing kategori ini, si pembunuh cenderung memiliki masalah kesehatan mental yang bisa memicu kemarahan, obsesi, dan emosi berbahaya lain yang kemudian membangun masa kritis. Tak ada alasan kecuali si pembunuh benar-benar psikotik.
https://sains.kompas.com/read/2018/10/26/193100923/familicide-ahli-jelaskan-mengapa-ada-ayah-yang-tega-bunuh-keluarganya