Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akhirnya Jakarta Hujan! Ucapkan Selamat Datang pada Petrikor

Lagu lintas generasi yang dinyanyikan oleh Frank Sinatra hingga Jamie Cullum itu kiranya pas untuk didendangkan oleh warga Jakarta Kamis (18/10/2018).

Setelah berminggu-minggu kering dan panas, akhirnya hujan menyapa Jakarta, atau yang lebih luas Jabodetabek. Netizen area Jabodetabek ramai mengunggah foto hujan disertai twit harapan kegerahan akan mereda.

Prakiraan cuaca harian yang dikeluarkan oleh BMKG pada Kamis pukul 14.50 WIB juga menyebutkan bahwa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan menyapa wilayah Jabodetabek mulai pukul 15.40 WIB.

BMKG menyatakan, meski cuaca Indonesia masih akan didominasi oleh angin timur dari Australia yang panas dan kering, angin monsun Asia mulai menguat pengaruhnya.

Wujud penguatan pengaruh angin monsun Asia itu adalah pembentukan awan hujan yang mulai aktif di wilayah Jawa bagian barat, termasuk Jabodetabek.

Hujan di Jabodetabek kali ini sedikit banyak juga dipengaruhi oleh pusaran angin yang ada di barat Sumatera. Pusaran angin membuat pembentukan awan hujan lebih aktif.

Sepuluh hari kedua Oktober ini, warga Jabodetabek masih bisa berbahagia menyambut hujan sebab intensitas hujan diperkirakan masih ringan, kurang dari 50 mm.

Dengan intensitas itu, maka warga Jakarta tak perlu khawatir cucian tak kering, tak bisa bepergian, menunggu hujan reda di kantor terlalu lama, hingga berbasah ria di jalan raya.

Alih-alih merasa repot, warga Jabodetabek sebaiknya gembira saja sebab bisa mencium aroma yang hanya akan menyapa hidung pada musim hujan: petrikor.

RG Thomas dalam publikasinya di jurnal Nature pada 1964 mengatakan, petrikor adalah aroma serupa campuran minyak tumbuhan dan senyawa geosmin yang dilepaskan saat hujan menyentuh dan berinteraksi dengan partikel-partikel di permukaan tanah.

Sementara Cullen Blue dari Massachusets Institute of Technology (MIT) dalam publikasinya di Nature Communication pada 2015 mengungkap bahwa aroma petrikor adalah aerosol yang dilepaskan saat hujan menyentuh tanah.

Ketika tetesan hujan menyentuh tanah, energi kinetiknya berkurang. Akibatnya, tetesan air hujan akan memipih. Perbedaan antara kecepatan pemuaian tetesan air hujan dan penyerapan tanah menyebabkan pembentukan gelembung.

Gelembung akan bergerak ke permukaan tanah dan akhirnya meletup. Saat meletup itulah senyawa aerosol dilepaskan dan akhirnya tertangkap hidung manusia.

Penelitian membuktikan, petrikor yang menyegarkan itu tercipta hanya dalam periode seperseratus ribu detik. Aroma itu bakal lebih tercium kala hujan ringan dan sedang daripada saat hujan deras.

"Biarkan hujan yang haus itu melahap air mata yang mendidih di cangkirmu," demikian Joko Pinurbo mengatakan dalam salah satu puisinya.

Meski hujan identik dengan suasana sendu, biarkan awal hujan ini menjadi momen membahagiakan. Jika tak ingin berlanjut menjadi momen menyedihkan dan merepotkan, mulai bersihkan selokan sekarang agar tak terjadi genangan dan bajir.

https://sains.kompas.com/read/2018/10/18/180446023/akhirnya-jakarta-hujan-ucapkan-selamat-datang-pada-petrikor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke