KOMPAS.com – Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti faktor risiko dan penyebab kanker pada anak. Selain itu, belum semua jenis kanker pada anak mempunyai metode untuk deteksi dini maupun dicegah.
Namun bukan berarti kanker pada anak tidak bisa disembuhkan. Penemuan dini kasus kanker anak merupakan kunci sukses pengendalian kanker pada anak. Hal ini dibuktikan oleh Natarini (34) yang berhasil menghilangkan leukemia dari tubuhnya.
“Pertama kali waktu 12 tahun, saya baru masuk sekolah SMP. Saat pembukaan siswa baru, itu kan agak ada gojlokan—proses orientasi siswa baru—, lalu nge-drop dan pucat. Dikasih obat penurun demam, reda sebentar besok ada lagi,” ujar Rini, saat ditemui pada Selasa (16/10/2018), di Kementerian Kesehatan.
Sama seperti yang terjadi pada kebanyakan kasus, pada awal pemeriksaan Rini belum didiagnosis leukemia. Dia malah didiagnosis menderita hepatitis. Namun karena tidak kunjung sembuh, orangtua Rini berkelana mencari dokter yang tepat untuk Rini.
Pencarian tersebut berakhir pada dokter penyakit dalam di RSCM yang menetapkan Rini menderita leukemia.
Menderita kanker, diakui Rini, benar-benar membatasi ruang geraknya dalam berinteraksi sosial dan mengenyam bangku pendidikan.
“Kesulitannya menghadapi kanker saat anak-anak itu kepotong masa anak-anak kita. Harusnya saya bisa main sama temen-temen dan belajar di sekolah, malah harus dihilangkan selama beberapa tahun. Itu yang bikin sedih, tapi di sisi lain bisa jadi semangat saya untuk sembuh,” ujarnya.
Rini menjalani pengobatan selama tiga tahun. Selama durasi tersebut, ia juga melakukan kemoterapi yang membuatnya susah makan dan menggugurkan seluruh rambutnya.
Kesulitan ini membuat dia sempat merasa lelah melakukan pengobatan dan ingin menghentikan perjuangannya.
“Ada masa di mana saya capek untuk bolak-balik rumah sakit, saya sering pura-pura tidur agar tidak datang ke rumah sakit, tapi di sana ada ibu saya yang menyemangati. Dia bilang, ‘Kalau kita sudah setengah jalan, masa mau menyerah? Ayo kita lanjutkan perjuangan kita!’. Ya akhirnya selesai juga pengobatannya,” ujar Rini.
Selain deteksi dini, Rini meyakini bahwa faktor lingkungan, seperti ibu dan teman-temannya, berperan besar dalam memainkan psikologisnya untuk semangat berperang melawan leukemia.
Pada tahun 1999, ia dinyatakan sembuh oleh dokter dari leukemia. Namun kesembuhan tidak menghentikan perjuangannya berperang dengan kanker.
Saat ini, Rini bekerja sebagai sekretaris di Indonesian Journal of Cancer di RS Dharmais. Di sela kesibukannya, dia juga mengunjungi para pasien kanker anak dan memotivasi mereka agar terus berjuang melawan kanker.
“Selain faktor medis, memang semangat harus dimiliki pasien kanker anak dan keluarga. Kalau anak semangat tapi orangtuanya putus asa itu susah juga dan sebaliknya. Dari sini saya berkeliling untuk bertemu orangtua pasien dan pasien kanker untuk memberikan semangat dan memberi informasi soal kanker,” pungkasnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/10/17/180800023/kanker-anak-bisa-disembuhkan-natarini-telah-membuktikannya