Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Diutak-atik Gennya, Pasangan Tikus Sesama Jenis Akhirnya Punya Bayi

Selain membuktikan adanya tikus yang lahir dari dua ibu, tim mengungkap bahwa mereka juga berhasil mengakali lahirnya tikus dari dua pejantan. Sayangnya, tikus tersebut hanya dapat bertahan dua hari.

Untuk bisa mengembangkan sistem reproduksi tanpa peranan pasangan beda jenis, para ahli melakukan rekayasa genetik yang cukup rumit.

Teknik rekayasa genetika untuk mengakali lahirnya tikus dari dua ibu tersebut dinamai "bimaternal".

Diwartakan Guardian, Kamis (11/10/2018), pekerjaan Wei Li dan timnya sebenarnya ingin mencari jawaban dari pertanyaan lama tentang biologi, yakni mengapa hubungan seksual pada mamalia perlu kontribusi antara jantan dan betina.

Pasalnya, beberapa hewan, seperti hiu martil dan komodo, tidak memerlukan kontribusi genetik dari spesies jantan untuk bereproduksi.

Para ahli ingin meneliti sistem reproduksi seperti apa yang diperlukan agar tikus sesama jenis dapat bereproduksi.

Sebelum membahas hal tersebut, perlu diketahui bahwa dalam reproduksi mamalia ada fenomena imprinting, di mana sekitar 100 gen atau lebih merupakan salinan yang berasal dari ibu atau hanya berasal dari ayah yang diaktifkan.

Dalam genom, kontribusi maternal dan paternal semua bercampur aduk, tetapi gen-gen membawa penanda kimia yang menunjukkan gen berasal dari orangtua mana.

Tanpa pola imprinting dari jantan atau betina, embrio yang bagus tidak akan diproduksi.

Untuk mengakalinya, apra peneliti dari China mengambil sel telur dari seekor betina dan satu sel khusus, sel inti embrio dari tikus betina lain.

Mereka lalu menggunakan alat pengeditan gen Crispr-Cas9 untuk memotong satu huruf kode genetik. Langkah ini untuk menghapus cetakan maternal dari tiga wilayah penting DNA yang secara efektif membuat materi genetik tampak lebih "jantan" pada pola pencetakannya.

Saat sel induk yang dimodifikasi disuntikkan ke dalam telur yang tidak dibuahi pada tikus betina kedua, materi genetik dari dua tikus betina itu dikombinasikan dan membentuk embrio.

Ada 210 embrio yang berhasil terbentuk, dan 29 tikus di antaranya masih hidup normal, sehat, dan dapat berkembang biak saat dewasa.

Saat hal yang sama diujikan pada dua tikus jantan, bayi tikus yang lahir hanya sanggup bertahan tak lebih dari 48 jam setelah lahir.

Teknik ini mungkin tidak akan diterapkan untuk manusia, karena adanya kekhawatiran serius terkait efek samping dari modifikasi gen yang dikenal sangat penting untuk pengembangan darah.

Namun yang pasti, para ahli berhasil mendobrak batas-batas biologis untuk reproduksi sesama jenis.

"Ini menunjukkan kepada kita tentang kemungkinan (yang menjadi kenyataan)," kata Wei Li dari Akademi Ilmu Pengetahuan China sekaligus penulis senior laporan tersebut.

Christophe Galichet, ahli di The Francis Crick Institute, London, juga mengatakan, tidak terpikirkan untuk menghasilkan bayi manusia dengan cara ini. Namun saya akui para ahli telah membuat langkah maju yang sangat penting dalam memahami mengapa mamalia hanya dapat bereproduksi secara seksual.

https://sains.kompas.com/read/2018/10/16/190300423/diutak-atik-gennya-pasangan-tikus-sesama-jenis-akhirnya-punya-bayi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke