KOMPAS.com – Kelinci di alam liar, seringkali menjadi mangsa yang menggiurkan bagi banyak predator. Dalam film-film dokumentasi tentang satwa liar pun, kelinci acap kali ditampilkan sebagai target utama mangsa karnivora.
Namun, masing-masing hewan punya instingnya tersendiri, bahkan kelinci yang seringkali menjadi buruan predator.
Para ilmuwan menemukan bahwa saat ini, kelinci telah berevolusi dalam perilaku dan adaptasi mereka terhadap lingkungan sehingga mereka memiliki peluang yang lebih besar untuk menghindari dari terkaman predator.
Hal ini dibuktikan melalui sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Acta Ethologica bahwa kelinci modern mampu mengenali bau kelinci lain yang telah dimakan lewat tinja pemangsanya.
Tentu saja kelinci memanfaatkan kemampuan ini untuk mengenali area mana saja yang memiliki risiko lebih tinggi untuk bertemu dengan pemangsa.
“Pengenalan kelinci lain dalam kotoran pemangsa akan memungkinkan kelinci untuk menghindari daerah-daerah dengan risiko lebih tinggi, dan mencari makan di daerah lain dengan risiko yang lebih rendah untuk dimangsa,” ujar José Guerrero-Casado, penggagas penelitian ini dari Departemen Zoologi di Universitas Córdoba, Spanyol.
Dilansir dari News Week, Sabtu (13/10/2018), Guerrero-Casado dan timnya membuktikan hal tersebut dengan melakukan percobaan di tiga wilayah di Spanyol yang sudah menjadi habitat kelinci.
Salah satu wilayah disemprotkan setiap hari dengan bau netral (air) sebagai kontrol, sementara dua lainnya disemprot dengan bau yang diekstraksi dari feses musang yang telah memakan kelinci atau mamalia lain seperti daging sapi.
Kemudian, peneliti menghitung jumlah kotoran kelinci yang tertinggal di masing-masing wilayah untuk menentukan seberapa sering kelinci pergi ke wilayah penelitian untuk mencari makan. Hasilnya menunjukkan jumlah kotoran kelinci ternyata lebih sedikit pada wilayah yang mengandung bau predator dibandingkan pada wilayah kontrol.
Lebih lanjut, penelitian membuktikan bahwa selama enam hari pertama setelah bau pertama diterapkan, jumlah kotoran kelinci lebih sedikit pada wilayah dengan kotoran dari musang yang makan kelinci dibandingkan dengan yang mengonsumsi daging sapi. Namun tidak ada perbedaan jumlah kotoran ketika sudah memasuki hari kesembilan.
Temuan ini menunjukkan bahwa dalam jangka waktu yang pendek, kelinci setidaknya dapat mendeteksi bau kelinci lain di kotoran musang. Ini bermanfaat untuk menuntun mereka menghindari daerah di mana pemangsa, seperti musang dalam penelitian ini, berkeliaran.
“Seleksi alam telah memberi binatang mekanisme yang memungkinkan mereka mendeteksi predator sebelum diserang, dan ini adalah mekanisme baru yang meski kurang dipelajari, keuntungannya besar,” kata Guerrero-Casado.
Pada dasarnya, penelitian semacam ini bukanlah yang pertama dilakukan. Penelitian sebelumnya juga mengidentifikasi mekanisme serupa yang mungkin juga dimiliki hewan lain. Sebagai contoh, kangguru dan kambing telah dilaporkan untuk menghindari area yang tercakup tinja harimau yang telah memakan spesies mereka.
https://sains.kompas.com/read/2018/10/16/183600623/cuma-dari-tinja-kelinci-bisa-tahu-keberadaan-musuhnya