Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

BMKG Lakukan Kajian di Sulteng Pascagempa, Ini Hasilnya

KOMPAS.com - Tim BMKG saat ini telah melakukan survei terkait bencana gempa bumi dan tsunami yang menerjang Sulawesi Tengah. Dalam survei yang mereka lakukan, BMKG menyatakan berhasil memetakan poin-poin penting terkait mitigasi bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami.

"Kita sekarang kerja sama dengan Earth Observatory dari Singapore. Ada 20 portabel seismograf untuk dipasang menyebar di sesar di Sulawesi, kemudian patahan-patahan di sekitar (sesar) Palu Koro," ujar Muhamad Sadly, Deputi Bidang Geofisika BMKG dalam jumpa pers Senin (15/10/2018) di Jakarta.

"Total ada dua puluh yang kita pasang. Kita akan pantau 35 sampai 40 hari ke depannya. Nantinya kita bisa tau dinamika sesar-sesar yang ada," imbuhnya.

Dengan mengetahui dinamika dari aktivitas sesar yang ada di Sulawesi, para peneliti berharap dapat mengerti lebih jauh bagaimana pergerakan dari sesar tersebut sehingga bisa memaksimalkan mitigasi bencana alam berikutnya.

Modelling yang dilakukan juga diharapkan dapat memprediksi sejauh mana jangkauan gelombang tsunami yang akan terjadi ke depannya, dan mempertimbangkan jarak aman untuk pemukiman di daerah pesisir.

Tidak hanya itu, BMKG juga melakukan tinjauan soal potensi likuifaksi yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dituturkan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, untuk sampai hari ini, BMKG mampu memetakan kerentanan tanah yang dibedakan menjadi tiga jenis.

"Kerentanan tanah bisa dibedakan menjadi tiga zona, yaitu rendah yang kurang dari 5, kemudian kerentanan menengah antara 5-15, (dan) indeks kerentanan tinggi di atas 15. Daerah yang menengah dan tinggi ini mutlak sebaiknya dihindari," ujarnya saat ditemui pada kesempatan yang sama.

Ia menambahkan bahwa kajian tersebut dapat digunakan untuk perencanaan tata ruang bagi wilayah Sulawesi Tengah. Menurut dia, BMKG bisa merekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk ke depannya wilayah tersebut tidak dibangun kembali.

"Modelling sangat penting untuk memberikan masukan pertimbangan zona aman ada di mana, zona bahaya ada di mana, sehingga tata ruang bisa dipertimbangkan," jelasnya.

"Saat ini kita menyadari bahwa kondisinya itu kita rawan gempa. Jadi, kita harus tetap waspada, tetapi jangan panik. Caranya tetap memonitor info kegempaan tentang apa yang harus dilakukan sebelum, saat, dan sesudah gempa. Bencana itu tidak hanya gempa, tsunami, dan likuifaksi. Beberapa wilayah sudah musim hujan, berpotensi longsor," tambah Dwikorita

https://sains.kompas.com/read/2018/10/16/170600023/bmkg-lakukan-kajian-di-sulteng-pascagempa-ini-hasilnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke