Hal seperti ini tidak hanya dialami oleh orang Indonesia saja. Hampir seluruh budaya di seluruh dunia juga percaya ada makhluk lain yang hidup berdampingan dengan kita.
Gagasan adanya makhluk lain di antara kita akhirnya melahirkan cerita rakyat atau folklore tentang cerita hantu di suatu daerah.
Di era modern, hantu disulap dan dijual menjadi cerita fiksi. Cerita horor menjadi kegemaran dan mendatangkan uang.
Bapak antropologi Indonesia, Koentjaraningrat dalam buku berjudul Beberapa Pokok Antropologi Sosial menuliskan alasan mengapa manusia percaya pada makhluk halus.
Menurut Pak Koen - demikian dia disapa - manusia mempercayai makhluk halus karena ingin mencari jawaban atau pelarian dari sesuatu yang sulit dijelaskan.
Ia memiliki beberapa dugaan terkait hal tersebut yang tertulis dalam bukunya, seperti manusia mengalami ketakutan akan masa krisis dalam hidup, yakin pada gejala yang tidak dapat diterangkan oleh akal, atau percaya adanya kekuatan sakti di alam semesta.
"Atau manusia dihinggapi emosi kesatuan dalam masyarakatnya, atau manusia mendapat suatu firman dari Tuhan, atau semua sebab tersebut di atas," tulisnya.
Teka-teki tentang makhluk halus dan kehidupan lain di antara kita sudah tumbuh sejak ratusan tahun lalu.
Dilansir Live Science, pada tahun 1800-an banyak orang yang mengaku dapat berbicara dengan orang mati dan sampai ada sebuah klub dari universitas bergengsi, Universitas Cambridge dan Oxford, yang pada tahun 1880-an dibentuk untuk mencari bukti keberadaan hantu.
Sains dibalik logika hantu
Melakukan penelitian soal hantu masih menjadi kesulitan secara ilmiah.
Terlebih karena banyak fenomena aneh yang diduga ulah hantu, seperti pintu tertutup sendiri, kunci hilang, suatu ruang yang mendadak suhunya dingin, hingga penglihatan orang mati.
Saat sosiolog Dennis dan Michel Waskul mewawancarai penulis buku "Ghostly Encounters: The Hauntings of Everyday Life" yang terbit tahun 2016, mereka menemukan bahwa banyak orang yang terlibat di dalamnya tidak yakin mereka benar-benar bertemu hantu atau melihat wujud yang menyerupai gambaran konvensional tentang hantu.
Sebaliknya, para responden mengaku mereka mengalami sesuatu yang sangat luar biasa, misterius, sulit dijelaskan, dan menakutkan.
"Jadi banyak orang yang mengaku memiliki pengalaman dengan hantu tidak selalu melihat apapun yang kebanyakan orang anggap sebagai hantu. Mereka bahkan memiliki pengalaman yang sama sekali berbeda dan sulit dijelaskan," kata Waskul.
Bagian tersulit dalam penelitian hantu adalah tidak adanya patokan atau definisi yang disepakati bersama tentang apa itu hantu. Ada yang percaya bahwa hantu adalah roh mati yang tersesat dalam perjalanan ke alam lain, dan ada juga yang mengklaim bahwa hantu adalah entitas telepati yang diproyeksikan dari pikiran kita.
Penelitian lain mengklaim bahwa alasan tidak ada bukti akurat tentang hantu adalah karena kita tidak memiliki teknologi yang mumpuni untuk menemukan atau mendeteksi dunia lain.
Jika hantu ada dan dapat dideteksi atau direkam secara ilmiah, maka perlu bukti kuat untuk membuktikannya. Jika hantu ada tetapi tidak dapat dideteksi, artinya semua foto, video, audio, dan rekaman lain yang diklaim sebagai bukti hantu tidak akurat.
Dengan begitu banyak teori kontradiktif dan sedikitnya penjelasan ilmiah di dalamnya, tidak mengherankan meski ada ribuan upaya peburuan hantu tidak satu pun yang dapat membuktikan kuat bahwa hantu telah ditemukan.
Meski begitu, para pemburu hantu yakin teori fisika yang diungkap Albert Einstein dapat mendukung keberadaan hantu.
Lewat Hukum Kekekalan Energi, Einstein mengatakan seluruh energi di alam semesta adalah konstan, tidak bisa diciptakan maupun dihancurkan.
"Jadi apa yang terjadi jika manusia mati? Energi itu tidak dapat dihancurkan, tetapi menurut Einstein berubah ke bentuk lain. Dan itu mungkin dimanifestasikan sebagai hantu," tulis penulis buku Ghosthunters, John Kachuba.
Namun, para ahli yang memahami fisika dasar menjelaskan energi yang dilepaskan makhluk hidup saat mati tidak berubah menjadi hantu tetapi ke lingkungan.
Hal ini sama seperti pada organisme lain yang mati, energinya dilepaskan dalam bentuk panas dan tubuh dimakan hewan di dalam kubur, seperti cacing dan bakteri.
Jika hantu itu nyata dan merupakan energi atau entitas yang belum diketahui, para ahli mengatakan keberadaan mereka akan sama seperti penemuan ilmiah lain yang dapat ditemukan dan diverifikasi melalui eksperimen terkontrol.
Pada akhirnya, menceritakan tentang pengalaman mistis bukan tentang sesuatu yang perlu dibuktikan. Sebaliknya, ini tentang kenikmatan merasakan sesuatu yang bisa membuat merinding dengan teman atau kerabat.
https://sains.kompas.com/read/2018/10/15/193200823/menalar-hantu-mungkinkah-mereka-dibuktikan-secara-ilmiah-