“Kalau dilihat dari bulannya, intensitas hujannya memang sedang tinggi di wilayah Sumatera bagian utara. Secara prakiraan harian, juga sama, seminggu ke depan akan di dominasi hujan intensitas sedang sampai lebat,” ujar Hary saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (15/10/2018).
Dalam data BMKG, curah hujan di Aceh pada sepuluh hari terakhir mencapai 150 mm/dasarian. Didukung dengan kurangnya infrastruktur pengaliran air, tak heran banjir terjadi.
Sementara itu, bagian tengah Sumatera Barat, Mandailing Natal, dan Sambas juga mengalami curah hujan yang sama tingginya. Wilayah Sumatera Barat lainnya, Riau, dan Sumatera Utara mengalami curah hujan yang lebih rendah, tetapi tetap tinggi, antara 50-150 mm/dasarian.
Hary mengatakan, curah hujan ekstrem di wilayah Sumatera dipicu oleh adanya sirkulasi siklonik di Kepulauan Natuna. Sirkulasi siklonik merupakan pusaran angin yang memicu penumpukan massa udara pembentuk awan hujan.
Hary mengimbau wilayah Sumatera bagian utara mewaspadai banjir. Di samping itu, Hary mengajak warga Sumatera bagian selatan dan jawa untuk bersiap menyambut hujan yang segera tiba. Banjir bisa terjadi jika aliran air hujan terhambat.
https://sains.kompas.com/read/2018/10/15/112500923/jawa-panas-kok-aceh-banjir-bmkg-ungkap-sebabnya-pusaran-angin