Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Banyak Petugas Damkar Meninggal karena Serangan Jantung, Mengapa?

Ada banyak petugas damkar di lapangan yang meninggal justru karena serangan jantung, bukan cedera yang berkaitan dengan api. Sejauh ini hanya sedikit studi yang membahas tentang fakta lapangan tersebut.

"Statistik layanan kebakaran telah lama menunjukkan bahwa banyak petugas damkar yang meninggal karena serangan jantung dadakan," ujar Denise Smith, dilansir Business Insider, Jumat (28/9/2018).

Penasaran apa yang terjadi, Smith memimpin sebuah penelitian untuk mencari tahu penyebabnya.

Dalam studi yang terbit di jurnal American Heart of  Association, tim Smith menemukan bahwa petugas damkar lebih mungkin terkena serangan jantung dibanding petugas stasiun.

Untuk melihat mengapa kematian terkait jantung lebih banyak menimpa petugas Damkar, Smith yang memimpin Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan Responden Pertama di Universitas Skidmode, New York, mengamati 627 data otopsi petugas damkar berusia 18 sampai 65 tahun yang meninggal pada 1999 sampai 2014.

Keseluruhan penyebab kematian dibedakan menjadi dua, yakni 276 kasus jantung dan 351 kasus trauma.

Menariknya, hampir dari 20 persen serangan jantung dadakan berujung kematian, sementara 80 persen lainnya sudah memiliki riwayat penyakit jantung koroner seperti penyempitan arteri atau pembengkakan jantung.

Studi menemukan, pembengkakan jantung atau sebelumnya pernah mengalami serangan jantung adalah faktor yang dapat meningkatkan risiko kematian sampai enam kali lipat. Sementara penyempitan arteri jantung meningkatkan risiko kematian sampai sembilan kali lipat.

Meskipun penelitiannya tidak bisa membuktikan apakah atau bagaimana pekerjaan sebagai seorang petugas pemadam kebakaran meningkatkan risiko penyakit jantung, beberapa aspek pekerjaan mungkin bisa menjelaskan kaitannya, kata Smith.

"Paparan asap, jelaga, bahan kimia di udara, pola tidur yang terganggu, dan tingginya tingkat stres kerja, semuanya berkontribusi pada masalah jantung," kata Smith.

Ia juga tidak dapat memastikan apakah petugas pemadam kebakaran lebih mungkin atau lebih jarang mengalami penyakit jantung dibanding bidang pekerjaan lainnya.

Ia hanya mengatakan, studi yang dilakukannya jelas menunjukkan bahwa tugas pemadam kebakaran seperti kerja otot yang berat, tekanan panas, aktivasi sistem saraf simpatik, dan paparan asap dapat memicu penyakit jantung.

Salah satu kekurangan studi yang dilakukan Smith adalah data otopsi yang digunakan tidak memiliki deskripsi yang seragam tentang penyakit jantung atau kriteria untuk mendefinisikan pembengkakan jantung.

Mereka juga memiliki keterbatasan data tentang faktor risiko tertentu yang bisa menyebabkan penyakit jantung, misalnya kebiasaan merokok atau tekanan darah tinggi.

Meski begitu, Dr Stefanos Kales, seorang ahli dari Kesehatan Masyarakat Harvard TH Chan School di Boston  yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan bahwa studi ini menawarkan bukti baru dari bahaya stres tinggi dan pekerjaan yang menggunakan fisik terhadap penyakit jantung.

"Intinya, orang yang memiliki riwayat penyakit jantung akan berbahaya jika melakukan pekerjaan berat, terutama dalam situasi stres yang bisa meningkatkan lonjakan adrenalin dan hormon terkait yang menantang sistem kardiovaskular," ujar Kales melakui email.

"Karena itu, meskipun pemeriksaan terhadap petugas pemadam kebakaran sejak dulu difokuskan pada penyakit pembunuh darah jantung (faktor risiko jantung dan tes stres), pemeriksaan itu juga harus mencakup pemindaian seperti echocardiogram untuk mengidentifikasi kemungkinan pembengkakan jantung, meningkat ketebalan dinding jantung atau adanya serangan jantung sebelumnya," pungkas Kales.

https://sains.kompas.com/read/2018/10/12/193200223/banyak-petugas-damkar-meninggal-karena-serangan-jantung-mengapa-

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke