KOMPAS.com – Dahsyatnya letusan gunung Vesuvius pada tahun 79 masih membuat bulu kuduk merinding. Terbaru, para peneliti menemukan bahwa hujan abu panas yang disebabkan oleh letusan Vesuvius bukanlah kematian terburuk bagi korban-korbannya.
Dijelaskan dalam jurnal Plos One, para arkeolog dari Federico Il University Hospital di Italia mempelajari 100 sampel tulang yang diambil dari 12 ruang tertutup abu di Herculaneum, sebuah kota bagi orang-orang kaya Roma yang hanya berjarak sekitar 17 kilometer dari Pompeii.
Mereka menemukan adanya residu mineral aneh berwarna merah kehitaman, yang ketika dilihat menggunakan spektometri massa plasma dan mikrospektroskopi Raman menunjukkan adanya kandungan zat besi dan zat besi oksida yang tinggi.
Kandungan semacam ini biasanya hanya ditemukan pada dua hal, yakni pada logam yang dipanaskan dan pada darah yang mendidih.
Namun residu ini tidak hanya ditemukan di dekat artefak logam, seperti koin dan cincin; tetapi juga pada bagian dalam tengkorak dan menodai abu di sekitar dan di dalam tulang. Kondisi ini memperkuat dugaan para peneliti bahwa residu tersebut adalah darah.
Dikombinasikan dengan kondisi tengkorak korban Vesuvias yang tampaknya telah meledak keluar, para peneliti meyakini bahwa letusan Vesuvius mencapai suhu 200 hingga 500 derajat celcius dan mampu menguapkan seluruh cairan tubuh korbannya. Tekanan dari uap kemudian membuat tengkorak korban meletus dari dalam.
Para peneliti menulis, di sini kami menunjukkan untuk kali pertama, bukti eksperimental yang meyakinkan bahwa penguapan cairan tubuh dan jaringan halus yang cepat pada korban Herculaneum tahun 79 oleh paparan terhadap panas ekstrem.
Untungnya, penderitaan para korban Herculaneum tidak berlangsung lama. Bentuk tubuh mereka bahkan menunjukkan bahwa tidak seperti korban Pompeii yang meringkuk, korban Herculaneum tidak punya waktu untuk mengubah posisi tubuh mereka sebelum panas mengubah otot mereka menjadi abu.
Meski demikian, ahli vulkanologi di National Institute of Geophysics and Volcanology in Rome, Giuseppe Mastrolorenzo, yang tidak terlibat dalam studi berkata bahwa laporan ini tidak secara pasti menunjukkan bahwa korban Herculaneum meninggal karena panas letusan Vesuvius.
Dia berkata bahwa hal lain bisa jadi penyebab utama kematian mereka, dan mungkin darah dan otak korban mendidih setelah kematian. Residu merah kehitaman juga bisa disebabkan oleh logam yang menempel pada tubuh korban.
Untuk itu, dia pun menghimbau agar lebih banyak studi dilakukan dalam upaya mencari kepastian.
https://sains.kompas.com/read/2018/10/11/173600823/saking-panasnya-letusan-vesuvius-bikin-tengkorak-manusia-meletus