KOMPAS.com - Malam ini, Senin (08/10/2018), hingga 10 Oktober mendatang, hujan meteor Draconid akan menghiasi langit Indonesia.
Hujan meteor kali ini istimewa karena asalnya, yaitu remah-remah komet Giacobini Zinner.
Komet ini merupakan komet kedua yang pernah dikunjungi wahana antariksa, setelah komet Halley.
Hujan meteor kali ini juga sayang dilewatkan karena bisa menjadi hujan meteor terakhir yang bisa dilihat tahun ini. Pasalnya, musim hujan akan segera tiba dan bisa memupus harapan melihat hujan meteor berikutnya.
Waktunya...
Namun berbeda dengan hujan meteor sebelumnya, Draconid hanya menampilkan diri secara singkat. Hujan meteor ini diperkirakan hanya terjadi 4 hari saja dimulai dari 6 hingga 10 Oktober 2018.
Menurut Marufin Sudibyo, astronom amatir, hujan meteor Draconid tahun ini hanya terjadi empat hari saja.
"Ini diduga disebabkan oleh sempitnya ruang lingkup sebaran debu dari komet tersebut dalam setiap upaya mendekati Matahari," kata Marufin kepada Kompas.com, Senin (08/10/2018).
"Meteoroid Draconid memasuki atmosfer Bumi pada kecepatan 20 km/detik, relatif rendah untuk remah-remah komet," imbuhnya.
Meski waktunya sempit, Draconid bisa disaksikan di seluruh wilayah Indonesia. Hanya saja, Marufin menyebut, rentang waktunya juga sempit.
"Rasi Draco sudah ada di langit utara dan terbenam pada pukul 22.00 wib," ujar Marufin.
"Maka di atas kertas meteor Draconid hanya bisa disaksikan sejak pukul 19.00 wib sampai 22.00 wib jika titik pengamatan di Jakarta," tegasnya.
Cara Melihat
Syarat keterlihatan Draconid tidak berbeda dengan hujan meteor yang lain.
"Musti di lingkungan gelap, jauh dari polusi cahaya kota. Pengamat memandang ke utara sejak azan Isya hingga pukul 22.00 WIB," tutur Marufin.
Untuk melihat Draconid malam ini, tidak dibutuhkan alat apapun. Marufin mengatakan, itu karena mata adalah yang terbaik untuk pengamatan meteor.
"Jika hendak difoto, gunakan kamera dengan sudut pandang lebar dan bisa distel manual untuk pencahayaan lama (misalnya 15 detik atau lebih)," ujarnya.
Sayangnya, jumlah meteor yang terlihat cukup mengecewakan.
Marufin mengatakan, malam nanti hanya ada kurang dari 10 meteor per jam. Karenanya, ketika ingin mengamati atau memotret diperlukan kesabaran.
Keistimewaannya...
Di luar itu semua, Draconid punya keistimewaan yang tidak dimiliki hujan meteor lainnya. Keistimewaan itu ada pada intensitasnya.
Marufin menjelaskan bahwa intensitas meteor Draconid diketahui meningkat pada saat-saat tertentu, yaitu 13 tahun sekali.
"Pada satu saat ia pernah menampakkan diri sebagai badai meteor dengan 500 meteor/menit (30.000 meteor/jam) terdeteksi di langit pada 1933," kata Marufin.
"Pernah juga terdeteksi sebagai fireball/meteor sangat terang darinya. Namun di saat-saat lain, ia nyaris tak terdeteksi karena jumlahnya hanya beberapa buah perjam," tambahnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/10/08/183000823/meteor-draconid-tiba-saksikan-sebab-hujan-bisa-bunuh-yang-berikutnya