KOMPAS.com – Sebuah artikel baru dalam jurnal Science mengeksplorasi sebuah program yang dibiayai oleh Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) Amerika Serikat.
Program bernama Insect Allies tersebut bertujuan untuk menggunakan serangga dan virus yang sudah dimodifikasi secara genetis untuk meningkatkan ketahanan pangan di AS.
Menurut teori DARPA, akan lebih cepat bila tentara serangga dapat memasukkan gen resisten kekeringan pada jagung daripada harus menanam ulang biji yang sudah dimodifikasi secara genetis.
Namun, tim peneliti dan pakar hukum yang menulis dalam jurnal Science merasa skeptis, terutama karena DARPA adalah badan yang bertanggungjawab untuk perkembangkan teknologi militer AS.
Mereka berpendapat bahwa program ini bisa dengan mudah dialihfungsikan menjadi senjata biologis.
“Dalam pendapat kami, pengetahuan yang bisa didapat dari program ini sangat terbatas kapasitasnya dalam meningkatkan pertanian AS atau sebagai respons terhadap kegawatdaruratan alami,” tulis kelima pakar yang berasal dari Max Planck Institute for Evolutionary Biology di Jerman, University of Freiburg di Jerman dan Univ Montpellier di Perancis.
Mereka melanjutkan, program ini mungkin secara luas ditangkap sebagai upaya untuk mengembangkan agen biologis dengan tujuan menyerang.
Akan tetapi, DARPA membantahnya.
Manajer program Insect Allies, Blake Bextine, mengatakan, kapan pun Anda mengembangkan teknologi yang baru dan revolusioner, selalu ada potensi untuk menggunakannya sebagai sesuatu yang ofensif dan defensif.
“Namun bukan itu yang kita lakukan. Kami hanya memberikan sifat-sifat positif pada tanaman... Kami hanya ingin memastikan keamanan pangan kita, karena keamanan pangan adalah keamanan nasional di mata kita,” katanya kepada Washington Post, seperti dilansir dari Live Science, Jumat (5/10/2018).
Bextine juga berkata bahwa program ini masih baru tahap awal, dan empat universitas di AS (Boyce Thompson Institute, Penn State University, The Ohio State University and the University of Texas at Austin) telah menerima pembiayaan untuk melanjutkan penelitian.
Terakhir, proyek ini telah menguji apakah seekor kutu daun bisa menginfeksi sebatang jagung dengan virus yang telah dirancang untuk membuatnya bersifat fluoresens. Hasilnya, jagung tersebut bersinar.
https://sains.kompas.com/read/2018/10/06/200600123/as-kembangkan-tentara-serangga-perlukah-kita-khawatir