Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Fakta Ilmiah Fenomena Likuefaksi di Sulteng

KOMPAS.com - Gempa yang terjadi di Sulawesi Tengah pekan lalu memunculkan fenomena likuefaksi di kota Palu. Likuefaksi sendiri adalah ketika tanah yang tergetarkan akibat gempa kehilangan kekuatannya.

Ini menyebabkan bangunan atau apapun yang berada di atas tanah tidak dapat ditahan oleh lapisan tanah.

Dalam beberapa unggahan video yang viral, terlihat tanah di wilayah Palu bak mencair dan rumah serta pepohonan seperti hanyut.

Setelah sepekan dari terjadinya fenomena tak biasa ini, Kompas.com merangkum 3 fakta ilmiah tentang likuefaksi di Palu pekan lalu.

1. Palu Rawan Likuefaksi

Ternyata kawasan palu yang rawan likuefaksi telah dikaji oleh Badan Geologi pada 2012.

Berdasarkan peta hasil kajian, wilayah dekat pantai di teluk Palu ternyata punya potensi tinggi untuk mengalami likuefaksi.

Berdasarkan peta itu pula, Bandara Mutiara SIS Al Jufri yang tak jauh dari Petobo juga berada di zona potensi likuefaksi sangat tinggi.

Baca selengkapnya: Peta Tunjukkan Wilayah Palu yang Rawan Likuefaksi, Rentan Ditelan Bumi

2. Paling Dahsyat

Menurut catatan Adrin Tohari, peneliti bidang Geoteknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), setidaknya ada tujuh likuefaksi yang pernah terjadi di Indonesia sejak 1992.

Dari semua likuefaksi yang pernah terjadi, Adrin mencatat likuefaksi di Petobo adalah yang terdahsyat hingga membuat sebuah desa lenyap.

"Tapi semuanya likuefaksi berskala kecil yang berupa semburan pasir, retakan-retakan, atau penyumbatan sumur. Tidak ada yang mengalir dan menenggelamkan ratusan rumah seperti di Petobo," kata Andri.

Baca selengkapnya: Petaka di Petobo adalah Likuefaksi Paling Dahsyat, Ini Alasannya

3. Luasan Wilayah Amblas

Berdasarkan analisis tim tanggap darurat bencana Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), wilayah amblas akibat likuefaksi di Palu cukup luas.

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (03/10/2018), Lapan menyebut 47,8 hektar wilayah Balaroa, Palu, amblas.

Tak hanya Balaroa, wilayah yang juga terdampak likuefaksi adalah Petobo dan Jono Oge.

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (04/10/2018), LAPAN melaporkan luasan likuefaksi di wilayah Petobo, kota Palu mencapai 180,06 hektar.

Wilayah lain yang terjadi fenomena serupa adalah Jono Oge, Kabupaten Sigi. Di wilayah ini, luas likuifaksi mencapai 202,1 hektar.

Baca selengkapnya: Wilayah Petobo Terdampak Likuefaksi Capai 180 Hektar

https://sains.kompas.com/read/2018/10/06/190100523/3-fakta-ilmiah-fenomena-likuefaksi-di-sulteng

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke