KOMPAS.com - Hampir semua makhluk hidup memerlukan sinar matahari untuk mendukung kehidupan mereka. Namun lain ceritanya dengan salah satu cabang bakteri bernama cyanobacteria atau sianobakteria ini.
Tim ilmuwan internasional telah menemukan bukti bahwa sianobakteri ternyata mampu bertahan hidup di bawah tanah yang jauh dari sinar matahari. Meski sebelumnya sianobakteria diketahui memerlukan sinar matahari untuk menyokong kehidupan mereka.
Temuan ini sebenarnya merupakan hal yang tak terduga. Fernando Puente-Sanchez, ahli ekologi mikroba dari National Centre for Biotechnology Spanyol, awalnya mencari jenis bakteri lain ketika melakukan penelitian di Sabuk Pyrite di Spanyol barat daya.
Namun saat memeriksa sampel batuan yang diambil dari lubang bor sedalam 613 meter, ia justru menemukan sianobakteri.
Puente-Sanchez sempat mengira itu suatu kesalahan. Namun analisis sampel membantu tim menentukan bahwa mikroba tidak berasal dari kontaminasi cairan pengeboran atau pengolahan di laboratoraium.
Sianobakteria memang umum ditemukan hampir di seluruh belahan Bumi, termasuk juga di gua-gua yang minim cahaya. Namun, para peneliti tidak menduga jika bakteri ini akan bisa ditemukan di bawah tanah, di mana sinar matahari, air dan nutrisi, langka ditemukan.
"Di padang pasir atau laut, Anda akan menemukan sianobakteri. Habitat terakhir yang belum pernah kita lihat sebelumnya adalah di bawah permukaan tanah," kata Puente-Sanchez.
Meski ditemukan di tempat-tempat ekstrem, sianobakteri biasanya masih bisa mendapatkan sinar matahari. Itulah mengapa para peneliti kali ini keheranan, bagaimana mereka bisa bertahan tanpa cahaya?
Rupanya sebagian besar sianobakteria memakan gas hidrogen untuk mendapatkan energi. Ini dibuktikan dengan kurangnya hidrogen di mana ditemukan banyak sianobakteri.
Gas memang merupakan sumber makanan umum untuk mikroba, apalagi untuk mikroba yang hidup di bawah permukaan tanah.
Selama ini, sianobakteri memegang peranan penting dalam sejarah Bumi. Mereka bertanggung jawab memompa oksigen ke atmosfer dan mendistribusikannya ke seluruh planet.
Itulah mengapa penelitian baru yang diterbitkan dalam Proceedings of National Academy of Sciences, mendorong para ilmuwan untuk memikirkan kembali makhluk hidup, apa lagi yang dapat bertahan hidup di bawah kaki kita.
Temuan ini sekaligus membuka kembali pemahaman bagaimana kehidupan mungkin dapat berkembang dalam kondisi yang tak terduga, seperti di Mars yang radiasinya membuat permukaan planet merah tersebut tidak bisa ditinggali.
Dilansir dari The Independent, Selasa (2/10/2018); Puente-Sanchez mengatakan, bawah tanah adalah tempat yang bagus untuk tinggal bila Anda berada di Mars. Di permukaan Mars tidak ada atmosfer, jadi Anda akan terkena banyak radiasi yang bisa mematikan.
"Jika Anda hidup di bawah tanah, Anda akan terlindungi. Itu adalah lingkungan yang stabil," katanya.
https://sains.kompas.com/read/2018/10/05/200334923/tidak-butuh-matahari-bakteri-ini-mungkin-kunci-kehidupan-di-mars