KOMPAS.com - Gempa Bermagnitudo 7,4 yang mengguncang Donggala dan tsunami di Palu pada Jumat (28/09/2018) lalu menyebabkan ratusan korban jiwa. Jumlah ini terjadi karena gempa dan tsunami berlangsung sangat cepat sehingga banyak korban tak sempat menyelamatkan diri.
Tak hanya itu, gempa dan tsunami juga merusak bangunan dan infrastruktur penting di Kabupaten Donggala dan Kota Palu.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) membuat citra satelit untuk menggambarkan secara keseluruhan lokasi kedua bencana tersebut.
Menurut siaran Pers yang diterima Kompas.com, Senin (01/10/2018), citra satelit dibuat LAPAN menggunakan analisis dari data SPOT 6/7, Pleiades, dan data DEM Nasional.
Hasilnya, LAPAN memberikan dua peta dari wilayah tersebut. Peta pertama adalah citra satelit wilayah terdampak, sedangkan peta kedua merupakan zona potensi genangan (dari tsunami).
"Peta citra satelit wilayah terdampak gempa dan tsunami memberikan informasi kondisi bangunan, penutup lahan dan infrastruktur penting di wilayah yang berpotensi terkena dampak," tulis siaran pers tersebut.
"Peta yang disajikan dalam bentuk peta skala 1: 5000 sehingga dapat digunakan untuk melihat kondisi dan situasi wilayah yang kemungkinan terkena gempa dan tsunami," sambungnya.
Sementara itu, peta kedua merupakan zona potensi genangan pasca tsunami yang menerjang kota Palu.
"(Peta ini) diperoleh dari model sederhana dengan menggunakan data Digital Elevation Model (DEM) dengan skenario berbagai gelombang tsunami," tulis.
Sayangnya, peta zona genangan ini masih belum memperhatikan daya dorong gelombang dan juga hambatan. Meski begitu, peta ini menunjukkan zona potensi genangan jika gelombang tsunami terjadi pada tinggi gelombang tertentu (2,5 meter, 5 meter, 7.5 meter dan 10meter).
"Peta ini kemudian ditumpangsusunkan dengan peta citra satelit resolusi tinggi sehingga dapat diperkirakan objek-objek apa yang terdapat pada zona potensi genangan tersebut," tambahnya.
Dari peta kedua ini, kita bisa melihat bahwa pada zona genangan terdapat berapa banyak rumah, penggunaan lahan maupun infrastruktur.
Kedua peta yang dihasilkan dalam waktu 24 jam itu setidaknya memberikan kita gambaran yang terjadi di wilayah terdampak gempa dan tsunami.
Menindaklanjuti kedua peta ini, pihak LAPAN juga bekerja sama dengan komunitas internasional untuk memperoleh hasil penginderaan jauh pasca gempa.
"Harapannya setelah diperoleh data dari komunitas intenasional (International Charter on Space for Major Disaster), akan dapat diperoleh data satelit penginderaan jauh setelah terjadi bencana," kata pihak LAPAN.
"Jika ini diperoleh, maka dapat dianalisa jumlah bangunan, penggunaan lahan dan area terdampak bencana," tegasnya.
Keseluruhan peta, dapat diperoleh dalam link berikut.
https://sains.kompas.com/read/2018/10/01/200000423/bersama-komunitas-internasional-lapan-bikin-peta-dampak-tsunami-palu