KOMPAS.com – Penyakit jantung merupakan penyakit tidak menular yang paling mematikan di dunia dan Indonesia. Penyakit ini bahkan mengalahkan diabetes melitus dan TBC dalam jumlah korban yang ditelannya.
Budi Harjono selaku Associate Director PT Novell Pharmaceutical Laboratories menyampaikan dalam acara paparan hasil uji klinis Nutrafor Chol, Kamis (27/9/2018) bahwa 31 persen atau sekitar 17, 5 juta dari 56,5 juta kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung.
Lalu, bagaimana kita bisa mencegah penyakit jantung?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor risiko dari penyakit jantung
Dokter Nafrialdi, PhD, SpPD, SpFK, seorang ahli dari Clinical Research Supporting Unit (CRSU) – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang ditemui di acara yang sama berkata bahwa kadar kolesterol darah yang tinggi, terutama lipoprotein densisitas rendah (LDL), merupakan salah satu faktor risiko major terjadinya penyakit jantung koroner.
Pasalnya, ketika kadar kolesterol di dalam pembuluh darah yang tinggi teroksidasi, kolesterol mengeras dan menjadi plak yang bisa menyumbat.
Selain itu, trigliserida juga harus diperhatikan. Walaupun tidak melekat ke pembuluh darah atau mengambang, pada kadar tinggi, zat ini bisa membuat darah menjadi kental.
Untuk mencegah kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi, Nafrialdi menyarankan untuk mengatur pola makan dan berolahraga.
Makanan-makanan yang berkarbohidrat tinggi dan berlemak sebaiknya dihindari, sementara konsumsi sayur dan buah-buahan perlu ditingkatkan.
Untuk olahraga, Nafrialdi berkata bahwa tidak ada batasan bagi masyarakat yang muda dan sehat. Namun, orang-orang yang lebih tua harus memilih olahraga yang lebih sesuai, misalnya yang tidak merusak lutut. “Minimal jalan kaki dua sampai tiga kali seminggu,” katanya.
Akan tetapi, Nafrialdi juga mengakui bahwa 60-70 persen kolesterol LDL diproduksi di dalam tubuh kita sendiri, tidak seperti trigliserida yang banyak dipengaruhi oleh makanan. Oleh sebab itu, terkadang ada orang-orang yang meskipun sudah menjaga pola makan dan berolahraga masih mengalami kolesterol tinggi.
Di sinilah pentingnya menggunakan terapi obat bergolongan statin. Walaupun tidak berpengaruh pada trigliserida, penelitian membuktikan bahwa obat bergolongan statin efektif dalam menurunkan kadar kolesterol.
“Tapi yang namanya obat, ada sebagian orang yang tidak cocok dan mengalami efek samping, seperti nyeri otot dan gangguan fungsi liver. Ini bisa jadi menganggu,” kata Nafrialdi.
Oleh karena itulah, para peneliti terus berlomba-lomba mencari alternatif. Salah satunya dengan suplemen herbal, seperti Nutrafor Chol yang telah diuji klinis oleh CRSU terhadap 49 subyek selama empat minggu dan ditemukan efektif menurunkan kadar kolesterol.
Nafrialdi berkata bahwa suplemen yang telah didaftarkan ke BPOM sudah dicek keamanannya dan dapat dibeli tanpa perlu resep dokter, sehingga keputusan untuk mengonsumsinya maupun menghentikannya diserahkan kepada pasien sendiri.
“Suplemen kan tidak ketat, mau stop silahkan, mau terus silahkan. Pertimbangan kita kalau sudah baik apakah perlu keluar biaya lagi. Kalau suplemen bisa distop, tetapi kalau (obat) statin biasanya diteruskan karena penyakitnya bisa terjadi lagi, terutama kalau pernah terkena serangan jantung atau mengidap diabetes,” katanya.
https://sains.kompas.com/read/2018/09/27/194451723/peneliti-ungkap-cara-efektif-menurunkan-kadar-kolesterol-ldl