Menjawab pertanyaan itu, Bekki Burbidge dari badan amal kesehatan seksual FPA mengatakan ada mitos salah tentang penggunaan kontrasepsi.
Menurut data NHS, alat kontrasepsi yang paling umum digunakan wanita adalah pil KB. Antara tahun 2016 dan 2017 sekitar 44 persen wanita yang sudah bersuami memilih pil KB.
"Meski banyak digunakan, informasi yang salah terus beredar. Misalnya ide bahwa pil KB yang digunakan terus menerus bisa menyebabkan mandul, untuk itu harus ada waktu jeda. Ide itu hanya mitos dan tidak benar," tegas Burbidge kepada Bustle, dilansir Senin (24/9/2018).
Burbidge menambahkan, catatan NHS bahkan mengungkap bahwa pil KB aman digunakan dengan pil lain yang mengandung versi sintesis dari estrogen dan progesteron hingga usia 50 tahun. Hal ini tidak akan menimbulkan masalah medis.
"Kecuali ada alasan medis untuk tidak melakukannya," kata Burbidge.
Menurut kepala perawat kontrasepsi di British Pregnancy Advisory Service, Tracey Forsyth, pengecualian tersebut ditujukan bagi wanita yang memiliki tekanan darah tinggi atau perokok berusia di atas 35 tahun.
Menurut panduan NHS, perokok yang berusia di atas 35 tahun tidak bisa mengambil pil gabungan dan hanya boleh mengonsumsi pil progesteron saja.
Selain itu, pil KB juga bisa dikonsumsi meski seseorang sedang mengalami haid.
"Beberapa wanita memilih untuk beristirahat (dari konsumsi pil KB) setiap tiga bulan sekali, sementara yang lain terus meminum pil. Beberapa orang yang minum pil terus menerus mungkin masih mengalami haid, tetapi tidak perlu dikhawatirkan. Anda bisa menanyakan hal ini pada dokter Anda bila khawatir," kata Burbidge merekomendasikan.
Lantas, bagaimana dengan metode kontrasepsi jangka panjang seperti implan atau spiral?
Menurut Burbidge, jenis alat kontrasepsi ini juga tidak mewajibkan untuk istirahat.
"Tidak masalah untuk langsung memakai kontrasepsi long-acting reversibel (LARC) setelah yang lama dilepas. Langsung memakai metode baru setelah melepas yang lama artinya Anda tidak memiliki jeda waktu untuk bisa hamil," jelasnya.
Pendapat Burbidge itu pun disetujui oleh Forsyth. Ia menambahkan, satu-satunya metode LARC yang memerlukan jeda waktu adalah suntikan. Waktu yang diperlukan berlangsung selama delapan sampai 13 minggu tergantung merek yang dipilih.
NHS mencatat, Depo-Provera sebagai merek yang paling banyak digunakan di Inggris dapat memengaruhi tingkat estrogen pengguna yang berpotensi mengakibatkan penipisan tulang.
Kasus semacam inilah yang membuat banyak dokter menyarankan untuk beristirahat dari suntikan setelah dua tahun.
"Mereka hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja," kata Forsyth.
Tetap konsultasikan berbagai keluhan tentang penggunaan alat kontrasepsi pada petugas medis profesional demi keamanan kita bersama.
https://sains.kompas.com/read/2018/09/26/070500923/perlukah-penggunaan-kontrasepsi-diberi-jeda-waktu-ini-kata-ahli