MALANG, KOMPAS.com – Di wilayah perkotaan, program keluarga berencana tampaknya sudah disadari oleh banyak keluarga. Namun lain halnya di wilayah pedesaan. Seperti yang diungkapkan Bidan Asri Dewi Wahyuningtyas, kesadaran untuk program keluarga berencana (KB) bahkan hingga tahun 2007 masih kurang.
“Pada tahun 2007, awal-awal saya dinas di sini, banyak kasus kehamilan hingga anak ketujuh bahkan sampai 13. Malahan ada kelahiran yang hanya ditolong oleh suaminya sendirian,” ungkap Bidan yang akrab disapa Asri ini saat ditemui oleh Kompas.com di Desa Sambigede, Kecamatan Sumberpucung, Malang, Rabu (05/09/2018).
Ia memulai karirnya sebagai bidan di desa Gondanglegi pada tahun 1993. Kemudian pada tahun 2007, ia mulai mengabdi di desa Sambigede dan mengampanyekan program perencaan keluarga.
Melihat kasus banyaknya keluarga yang tidak menggunakan KB di desa Sambigede, tentu saja Asri menemui banyak penolakan dalam penjajakan awal tentang pentingnya KB bagi keluarga. Penolakan tersebut didasari oleh masih kuatnya pandangan masyarakat tentang "Banyak anak sama dengan banyak rezeki".
“Hambatannya, kita ketemu masyarakat yang masih pandangannya 'Banyak anak banyak rezeki'," ujar Asri yang menjadi narasumber pada kegiatan Program Duta Kontrasepsi Oral (Duta OC) yang diselenggarakan oleh PT Bayer Indonesia.
Dia melanjutkan, itu untuk penyuluhan KB tidak hanya ibunya saja, tapi juga suami. Tantangannya itu biasanya ibunya sudah mau, tapi suaminya melarang, akhirnya enggak ikut KB.
Untuk itu, demi suksesnya program keluarga berencana di wilayah tersebut dan sekitarnya, Asri melakukan pendekatan perlahan kepada ibu-ibu sekitar. Tidak jarang juga, Asri turut ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh ibu-ibu desa Sambigede.
“Pertama kita harus kenal dekat dulu, kalau sudah kenal dekat, ibu ini baru mau cerita, baru mau diberikan KB. Tapi kalau kita ujug-ujug, itu belum tentu bisa diterima oleh mereka. Kita (harus) bisa mengenal lebih jauh dengan mereka,” jelas Asri.
Selama 11 tahun, Asri mengdedikasikan dirinya untuk mengedukasi dan mengajak para ibu untuk lebih mengenal manfaat dari perencanaan keluarga yang baik dan penggunaan alat kontrasepsi. Edukasi dilakukan melalui pertemuan dengan kader, melaksanakan kelas ibu hamil, acara keagamaan dan posyandu.
Tidak hanya itu, ia juga mengedukasi remaja-remaja di wilayah tersebut melalui sosialisasi ke sekolah dan pesantren. Hasilnya, hingga saat ini 6.481 ibu telah menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan perencanaan di daerah tersebut.
Asri percaya bahwa keluarga yang memiliki anak dengan jumlah yang lebih sedikit turut serta berperan akan peningkatan ekonomi keluarganya. Hal ini ia buktikan dengan kondisi yang ada di tempat ia mengabdi di mana banyak ibu yang mengikuti program KB dapat membantu ekonomi keluarganya dengan berjualan atau berkarya.
https://sains.kompas.com/read/2018/09/06/170700223/mengenal-bidan-asri-pahlawan-kb-dari-desa-sambigede