Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kematian Paus Sirip Sepanjang 17 Meter, Ungkap Kehidupan Spesiesnya

Ahli biologi laut New England Aquarium segera melakukan pemeriksaan nekropsi atau pembedahan dan mengirimkan sampelnya ke laboratorium seluruh negeri.

Menurut juru bicara New England Aquarium, diperlukan waktu berminggu-minggu atau mungkin berbulan-bulan untuk mengetahui penyebab kematian paus.

Ahli biologi senior dari New England Aquarium Linda Lory menambahkan, paus sirip atau dikenal juga sebagai paus finback (Balaenoptera physalus) merupakan perenang yang cepat dan sukar dipahami.

"Pergerakannya sangat cepat dan mereka tidak sering naik ke permukaan air seperti kebanyakan paus lain," ujar Lory kepada Live Science, dilansir Kamis (23/8/2018).

Dengan perilaku mereka yang sulit dipahami, Lory menyebut terdamparnya paus sirip di pantai Duxbury, Massachusetts adalah salah satu cara paling mudah untuk mempelajari anatomi dan fisiologi mamalia laut tersebut.

Pemeriksaan sementara

Lory dan timnya langsung menuju ke lokasi pantai pada hari Senin saat pejabat setempat menginformasikan tentang adanya paus raksasa yang terdampar.

Dengan menggunakan peralatan berat dan pisau besar, tim Lory menarik lapisan lemak paus yang tebalnya lebih dari enam sentimeter, sampel otot, dan juga organ di bawahnya. Selain itu mereka juga menyimpan sampel untuk analisis mikroskopis.

"Kami juga menyelidiki perut paus untuk mengetahui makanan yang tidak dicerna," ujar Lory.

Menurutnya, paus sirip itu memiliki banyak bekas luka yang sudah sembuh akibat belitan pancing atau jaring. Ada satu luka di sisi punggung paus yang cukup dalam.

Meski begitu, Lory belum dapat menyimpulkan apakah luka-luka itu ada hubungannya dengan kematian paus.

Tentang paus sirip

Menurut World Wildlife Fund (WWF), paus sirip merupakan paus terbesar kedua di dunia setelah paus biru. Paus sirip paling besar diketahui dapat tumbuh mencapai 24 meter. Sayang, spesies ini sudah terancam punah dengan menyisakan 50.000 sampai 90.000 ekor.

Menurut American Cetacean Society, paus sirip memiliki julukan "greyhound of the sea" karena tubuh ramping yang membuat mereka dapat melaju dengan kecepatan 37 km/jam.

Habitat mereka ada di kutub terjauh dari lautan di seluruh dunia, berdampingan dengan krill atau crustacea seperti udang dan ikan kecil lainnya. Paus sirip lebih sering hidup menyendiri atau hidup dalam kelompok kecil yang hanya berisi tujuh paus.

Sisa-sisa paus sirip yang terdampar di pantai Massachusetts sudah dikubur. Data dari sampel akan dilaporkan ke National Oceanic and Atmospheric Administration yang melacak jejak paus.

Lory menambahkan, jaringan juga akan diuji untuk mengetahui virus, bakteri, racun, dan kontaminan yang mungkin dapat menyebabkan kematian paus.

Setiap temuan dari paus ini mungkin akan menginformasikan kesehatan populasi paus sirip secara keseluruhan.

"Kami melakukan ini bukan hanya untuk mencari informasi tentang paus yang mati, tapi spesies paus sirip secara keseluruhan," jelasnya.

https://sains.kompas.com/read/2018/08/24/200200723/kematian-paus-sirip-sepanjang-17-meter-ungkap-kehidupan-spesiesnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke