Don Schaffner, profesor ilmu makanan di Rutgers telah mempelajari kebiasaan mencuci tangan selama bertahun-tahun. Ia menegaskan, kebiasaan ini tidak boleh diabaikan atau dipandang sebelah mata.
"Tidak peduli Anda habis buang air kecil atau buang air besar, mencuci tangan setelah dari toilet itu wajib," katanya kepada Business Insider dilansir Science Alert, Kamis (23/8/2018).
Jika Anda belum melakukannya, berikut alasannya yang penting diketahui.
Schaffner menjelaskan, ribuan kuman berkumpul di kamar mandi untuk waktu yang lama.
Saat kita memasuki toilet atau kamar mandi, kuman akan pindah ke tubuh kita. Schaffner menyarankan, dalam beberapa kasus kita wajib mencuci tangan lebih bersih.
"Jika Anda mengalami diare, ada lebih banyak kuman di tangan. Lebih baik Anda cuci tangan, daripada ada kuman yang tidak jelas bersarang di jari," ujar Schaffner.
Dibanding dengan feses, urin memang lebih bersih bila tidak ada infeksi apa pun. Meski begitu, urin tidak benar-benar steril, tetap ada kumannya.
"Orang yang habis buang air kencing mungkin berpikir mereka tidak perlu mencuci tangan. Tapi sebaiknya hal tersebut tetap dilakukan, apa pun aktivitasnya," sambung Michael Osterholm, direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular Universitas Minnesota kepada The New York Times.
Osterholm mengatakan, kotoran manusia membawa patogen seperti E. coli, Shigella, Streptococcus, hepatitis A dan E, dan masih banyak lagi.
Selain itu, manusia juga sangat mudah mengalami norovirus atau virus yang menyerang sistem pencernaan seperti diare, muntah, mual, dan sakit perut. Hal ini bisa terjadi terutama setelah kita membersihkan permukaan kamar mandi yang terkontaminasi kotoran atau muntahan.
Berbagai macam mikroba dan bakteri lainnya dapat ditemukan di kamar mandi juga. Dalam studi tahun 2004, beberapa bakteri Staphylococcus ditemukan di hampir setiap tangan.
Dibandingkan toilet pribadi, toilet umum menyimpan lebih banyak jenis bakteri yang beberapa di antaranya resistan terhadap obat.
Meski kita merasa bersih, hal yang sama mungkin tidak berlaku untuk orang lain yang terkahir menggunakannya.
Mencuci tangan, rutinitas yang menyelamatkan jiwa
Dalam berbagai ritual keagamaan, ada proses membersihkan diri yang diwujudkan dengan mencuci tangan selama ribuan tahun.
Namun, baru sekitar tahun 1800-an, profesional perawatan kesehatan menghubungkan kebersihan tangan dengan penurunan tingkat infeksi.
Dr. Ignaz Semmelweis memperhatikan ketika dokter dan mahasiswa kedokteran menangani pasien bersalin setelah mengurus mayat, banyak ibu yang kemudian mengalami demam dan akhirnya meninggal. Ia menghubungkan aturan mencuci tangan yang tidak populer dengan meningkatnya angka kematian.
Contoh lain, selama Perang Krimea, perawat Florence Nightingale mulai membuat aturan untuk mencuci tangan dan tindakan kebersihan lainnya di rumah sakit Inggris tempatnya bekerja. Hasilnya, angka kematian turun dua pertiganya. Ini adalah bukti pertama bahwa kebersihan dapat menyelamatkan kehidupan.
Mencegah infeksi
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diare telah membunuh sekitar 525.000 balita di seluruh dunia. Anak-anak itu mengidap diare karena mereka minum air kotor, makan dengan tangan kotor, atau tertular orang lain.
"Dengan mencuci tangan, risiko kematian akibat diare bisa berkurang dan dapat menyelamatkan lebih dari satu juta jiwa, termasuk orang dewasa dan anak-anak setiap tahunnya," kata ahli di London School of Hygiene and Tropical Medicine memperkirakan.
Selain mencegah diare, rutin mencuci tangan juga bisa mengurangi risiko terkena infeksi pernapasan hingga 16 persen.
Mencuci tangan sebaiknya tidak hanya dilakukan setelah dari toilet, tapi di setiap ada kesempatan dan sesering mungkin.
Para ahli mengatakan, kuman yang ada di gagang pintu fasilitas umum, ponsel, dan handuk lembab menyimpan lebih banyak bakteri, sekitar 50 bakteri per inci persegi. Belum lagi aktivitas lain yang kita lakukan.
Tiga langkah sederhana jaga kebersihan
Schaffner memberikan tiga tips sederhana agar kita tidak berpeluang sakit flu, keracunan makanan yang disebabkan diri sendiri, dan diare.
1. Suhu air
Penelitian yang dilakukan Schaffner telah menegaskan suhu air tidak memberi efek berbeda.
"Suhu apa pun bagus selagi Anda merasa nyaman," ujarnya.
2. Memakai sabun
Mencuci tangan menggunakan sabun sebaiknya tidak dilakukan dengan kilat.
"Ambil sabun, usapkan dengan benar di seluruh tangan, bersihkan kotoran yang ada di bawah kuku jari," kata Schaffner.
Lima detik mencuci tangan dapat membantu mengurangi jumlah bakteri, namun melakukannya selama 20 detik akan lebih baik.
3. Keringkan tangan sebelum meninggalkan ruangan
Langkah ini adalah kunci. Perlu diingat, tangan yang basah dapat mentransfer lebih banyak bakteri dibanding tangan yang kering.
"Saat tangan masih basah kemudian menyentuh pintu kamar mandi, bakteri akan lebih mudah pindah ke tangan," tegasnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/08/24/170000923/mengapa-kita-wajib-mencuci-tangan-setelah-menggunakan-toilet-