Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahli Sebut Minyak Kelapa Sebagai Racun Murni, Benarkah?

Hal tersebut disampaikannya dalam sebuah video berbahasa Jerman dengan durasi 50 menit yang tayang Juli lalu.

Senin kemarin (21/8/2018), Business Insider menghadirkan Michels bersama ahli dari Harvard T.H. Chan School of Public Health untuk menjelaskan maksud klaimnya.

Michels menilai, minyak kelapa menjadi makanan terburuk manusia karena kandungan lemak jenuhnya yang sangat tinggi. Ia menambahkan, minyak kelapa lebih tidak sehat dibandingkan lemak babi. Perlu dicatat, minyak kelapa mengandung 12 gram lemak jenuh dalam satu sendok makan.

Dengan kandungan lemak jenuh yang begitu besar, menempatkannya dalam daftar makanan yang sebaiknya dihindari menurut American Heart Association (AHA).

Seperti sudah disinggung di atas, satu sendok minyak kelapa mengandung 12 gram lemak jenuh. Itu berarti, minyak kelapa terdiri dari 82 persen lemak jenuh.

Menurut AHA, lemak jenuh berarti molekul di dalamnya terstruktur sehingga setiap atom dalam rantai asam lemak berkaitan dengan jumlah atom hidrogen maksimum.

Dalam laporan studi AHA pada 2017, dengan mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh, seperti minyak zaitun dan minyak nabati lainnya, dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular sekitar 30 persen.

Bila kita masih memilih menggunakan minyak kelapa, AHA merekomendasikan untuk menggunakan lima sampai enam persen lemak jenuh dalam kalori harian. Dalam diet 2.000 kalori, sebaiknya lemak jenuh hanya sekitar 13 gram (0,5 ons) per hari.

Selain AHA yang sangat kukuh pada sarannya terkait lemak jenuh, Departemen Pertanian AS dan American Diabetes Association juga menunjukkan sikap serupa.

"Sudah banyak bukti ilmiah dari berbagai studi populasi, eksperimen pada hewan, dan manusia. Semua menunjukkan bahwa lemak jenuh dapat meningkatkan kolesterol LDL," ujar Frank Sacks, profesoor pencegahan penyakit kardiovaskular di Harvard School of Public Health dan penulis utama laporan AHA yang diterbitkan tahun lalu kepada Live Science, dilansir Selasa (22/8/2018).

Low-density lipoproteins (LDL) atau lipoprotein berdensitas rendah yang berlebihan dalam darah akan menumpuk dan menjadi plak di dalam arteri dan membuat kaku dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyakit kardiovaskular.

Klaim seputar minyak kelapa

Banyak klaim kesehatan seputar minyak kelapa bergantung pada penelitian hewan atau tidak menguji hal-hal yang berkaitan dengan pola diet manusia.

Misalnya, situs web chiropractor dan ahli gizi klinis Josh Axe, yang mendukung penggunaan minyak kelapa. Mereka mengacu pada studi 1985 yang terbit di Journal of Toxicology and Environmental Health, yang menunjukkan minyak kelapa dapat membantu penurunan berbat badan.

Dalam studi itu, sebenarnya ahli menyuntikkan tikus dengan bahan kimia sintetis yang menyerupai asam kaprat dan ditemukan dalam minyak kelapa.

Tikus percobaan memang berhenti makan dan kehilangan berat badan, tetapi suntikan itu juga memperlambat detak jantung mereka dan menurunkan suhu tubuh basal, sebagai efek beracun.

AHA juga membantah klaim bahwa minyak kelapa dapat memperbaiki metabolisme tubuh.

Agar minyak kelapa tidak berdampak buruk untuk kesehatan, AHA menyarankan untuk menggunakan minyak kelapa dalam jumlah sedang dan seperti yang disarankan di atas.

"Tidak ada satu pun makanan yang secara ajaib dapat menurunkan berat badan atau membantu kesehatan. Semuanya butuh keseimbangan. Kita bisa makan makanan yang mengandung minyak kelapa, dengan catatan itu cocok untuk kita dan jumlahnya sedang," ujar Melissa Majumdar, ahli diet dari Brigham and Women's Hospital Center for Metabolic and Bariatric Surgery.

https://sains.kompas.com/read/2018/08/23/180300623/ahli-sebut-minyak-kelapa-sebagai-racun-murni-benarkah-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke