KOMPAS.com – Tinggal di bulan telah menjadi mimpi manusia sejak lama. Namun jika mimpi itu ingin direalisasikan, maka tantangan terbesarnya adalah bagaimana menggunakan sumber daya bulan untuk hidup, termasuk mengambil air di bulan.
Pasalnya, air tidak hanya diperlukan untuk diminum, mandi, dan menumbuhkan makanan; tetapi juga merupakan sumber penting dari oksigen dan bahan bakar yang menghidupkan roket.
Sayangnya, bukti keberadaan air di bulan terus-menerus diperdebatkan.
Cahaya dari kawah dalam, misalnya, bisa jadi bukan es tetapi batu yang bercahaya. Lalu, ada juga bukti spektroskopik bahwa mungkin ada molekul air di bulan, tetapi mereka terkunci di dalam mineral. Selain itu, kalau ada air, mungkin mereka tersimpan jauh di bawah permukaan bulan.
Namun, kini sekelompok tim peneliti yang dipimpin oleh Shuai Li dari University of Hawaii dan Brown University mengklaim telah berhasil menemukan bukti kuat adanya air di kutub utara dan selatan bulan.
Air ini, ujar mereka dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, juga bisa diakses dengan mudah dari permukaan bulan.
Mereka menemukan hal ini setelah mempelajari data dari Moon Mineralogy Mapper (M3) milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang ada di wahana pengorbit bulan, Chandrayaan-1 milik Organisasi Penelitian Ruang Angkasa India (ISRO).
Tiga penanda spesifik dari cahaya yang direfleksikan pada deposit menunjukkan adanya air dalam bentuk es yang terkumpul di kawah selatan dan tertutup bayangan, serta tersebar meluas dalam kondisi yang lebih tipis di utara. Es ini berada di permukaan atau hanya beberapa milimeter di bawah permukaan bulan.
NASA turut menambahkan bahwa es berada di kawah gelap yang temperaturnya selalu di bawah -157 derajat celcius dan tidak pernah disinari matahari.
https://sains.kompas.com/read/2018/08/22/170900523/ilmuwan-temukan-bukti-kuat-adanya-air-di-permukaan-bulan