KOMPAS.com - Berkat cucunya, seorang kakek bernama Janet Klein di Alaska menjadi tuan rumah bagi beberapa ilmuwan yang berkunjung.
Setidaknya ada lima ahli makhluk purba mendatangi Klein setelah cucunya menemukan fosil tulang rahang seekor tapir setahun lalu.
Tentu fosil tersebut bukan milik tapir biasa, melainkan hewan yang hidup di Alaska 10 juta tahun yang lalu.
Kai Reising, cucu Klein menemukan fosil tersebut di pantai dekat Homer, Alaska. Saat itu, dia sedang menyusuri pantai dengan kakek, nenek, adik serta orangtuanya.
"Kai pergi sambil berpikir itu adalah sepotong besar fosil kayu," ungkap Klein dikutip dari Anchorage Daily News, Minggu (19/08/2018).
Namun, ketika Kai membaliknya, sang Ibu Deborah Klein mengatakan bahwa benda itu punya gigi.
"Pada saat kami melihat gigi, kami tahu seorang ilmuwan harus melihatnya," kata Klein.
Segera setelah itu, Janet Klein mengunjungi Patrick Druckenmiller dan ahli paleontologi UAF Kevin May.
"Mereka terlihat seperti badak," kata Klein.
"Pada saat dia kembali ke Fairbanks, Alaska, Patrick yakin itu adalah tapir," tegasnya.
Druckenmiller memperkirakan, tapir Alaska ini hidup sekitar 10 juta tahun yang lalu. Hewan tersebut terkait dengan badak, kuda, zebra, serta tapir yang hidup hari ini di Amerika Tengah dan Selatan, serta rawa-rawa Malaysia dan Sumatra.
Mereka berbentuk seperti babi namun dengan batang hidung dan bibir atas memanjang hingga memungkinkan tapir untuk memegang vegetasi.
Uniknya, bentuk tubuh ini tidak banyak berubah setelah 10 juta tahun.
"Tapir tidak banyak berubah," kata Druckenmiller.
"Giginya sama selama 50 juta tahun. Mereka sudah mengetahuinya dan tetap menggunakannya," imbuhnya.
Masyarakat Alaska sebenarnya telah berkali-kali melihat jejak daun tropis di bebatuan dan tunggul sequoia yang menunjukkan ekosistem prasejarah yang kaya ada di sini.
Sayangnya, sampai sekarang, tidak ada yang menemukan sisa-sisa fosil mamalia yang berkeliaran di hutan yang hangat jutaan tahun yang lalu.
"Ini penemuan yang sangat langka - setidaknya kami pikir itu," kata Druckenmiller.
"Setiap hari bisa Natal: Kamu tidak pernah tahu - tidak, itu sedikit lebih langka daripada Natal."
Fosil ini sekarang berada di Museum Sejarah Alam Amerika. Druckenmiller menyerahkan rahang itu pada spesialis yang akan membersihkan spesimen dan mengekspos lebih banyak fitur tapir.
"Ini bisa menjadi spesies baru," kata Druckenmiller.
Adapun pencarian terbaru dari pantai tapir dengan para ahli lainnya, Druckenmiller dan rekan-rekannya tidak menemukan bagian lagi.
Namun Janet Klein berjanji untuk mencari hamparan pantai itu setidaknya setiap enam minggu.
"Mungkin suatu hari kita akan beruntung dan menemukan lebih banyak lagi," kata Druckenmiller.
"Banyak temuan utama dalam paleontologi tidak dibuat oleh ahli paleontologi," tutupnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/08/19/212322723/fosil-tapir-berusia-10-juta-tahun-ditemukan-di-alaska