KOMPAS.com – Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman strategis di Indonesia yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi dan sosial. Namun, perluasan lahan kelapa sawit seringkali mengganggu habitat binatang di sekitarnya.
Meskipun kelapa sawit menjadi sumber pendapatan dan pembangunan ekonomi hampir seluruh masyarakat Indonesia, keseimbangan antara tempat tinggal hewan dan keuntungan yang kita terima perlu menjadi fokus penting.
Dalam pameran Ritech Expo 2018, yang merupakan serangkaian acara dari Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-23, PT Palmarin Agro Indonesia bersama dengan Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia memamerkan inovasi berupa biostimulan untuk kelapa sawit yang mungkin dapat menjadi jalan keluar dari permasalahan tersebut.
Menurut Firman, Direktur Pemasaran PT Palmarin Agro Indonesia, Biostimulan Palmarin dapat meningkatkan 30 persen Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit tanpa melakukan perluasan lahan.
“Apalagi sekarang sudah ada moratorium tanah-tanah sawit pada lahan gambut, otomatis produksi kelapa sawit Indonesia akan menurun. Tapi kalau kita bisa tingkatkan 30 persen produksinya, artinya kita sudah menambah jumlah yang cukup baik,” jelas Firman pada saat ditemui dalam kegiatan yang sama, di kediaman Gubernur Riau, Jumat (10/08/2018).
Firman melanjutkan, jika lahan kelapa sawit saat ini baru bisa memproduksi 3,2 sampai 3,5 ton per hektar—yang sebenarnya mampu mencapai 8 ton per hektar, dengan adanya biostimulan ini dapat meningkatkan kira-kira 1,5 ton. Sehingga dapat mendekati angka optimal dari satu hektar lahan kelapa sawit.
“Kalau sekarang luas kelapa sawit, misalnya 15 juta hektar. Kalau kita tingkatkan 30 persennya, berarti kita sudah meningkatkan 4,5 juta hektar produksi CPO Indonesia. Jadi mengantisipasi moratorium atau pun pengurangan luas lahan,” imbuh Firman.
Biostimulan Palmarin mengandung fitohormon, asam amino, asam organik, vitamin, nutrisi makro dan mikro yang penting bagi kelapa sawit. Selain itu, Biostimulan Palmarin juga mengandung activator enzim kunci yang berperan dalam sintesa minyak.
“Karena selama ini hasil fotosintesis menghasilkan C6, H12, dan O6, yang nantinya menjadi minyak, gula, dan sebagainya. Dengan adanya activator ini, hasil fotosintesis bisa kita arahakan untuk pembentukan minyak saja,” ujar Firman
Penggunaan biostimulan pada tanaman dianggap Firman sebagai pendekatan inovatif untuk meningkatkan produksi pertanian dengan cara yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dalam menjaga stabilitas antara lahan kelapa sawit dan habitat hewan yang terganggu dengan kehadiran lahan ini, diharapkan biostimulan palmarin dapat menjadi kunci penyelesaiannya.
https://sains.kompas.com/read/2018/08/11/200900823/solusi-meningkatkan-minyak-sawit-tanpa-perluasan-lahan