Bocah berinisial UD itu harus kehilangan sepertiga otak bagian kanan, termasuk bagian otak yang bertanggung jawab untuk melihat dan terkait bentuk visual.
Dalam laporan kasus yang terbit di jurnal Cell Reports, Selasa (31/7/2018), dipaparkan bagaimana otak bagian kiri UD mengambil alih tugas otak bagian kanan yang hilang, termasuk tugas-tugas visual.
Sebelum kehilangan sebagian besar otaknya, UD mengalami kejang saat masih berusia 4 tahun. Kejang semakin memburuk dan tidak ada satu pun pengobatan yang mampu menolongnya.
Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan lobektomi atau operasi pengangkatan lobus otak yang berhubungan denagn penalaran, keterampilan motorik, kemampuan berbahasa, dan kognitif, saat usia UD hampir 7 tahun.
Dokter mengangkat sepertiga otak bagian kanan, termasuk sisi kanan lobus oksipital atau pusat pemrosesan penglihatan otak dan sebagian besar lobus temporal kanan yang bertanggung jawab atas pemrosesan suara.
Saat ini usia UD hampir 11 tahun dan tidak lagi mengalami kejang. Meski terlihat normal dan tak ada yang terjadi, sebenarnya mata kirinya tidak aktif.
Hilangnya penglihatan
Saat mata menangkap cahaya dan akhirnya kita bisa melihat sesuatu, otak sebenarnya telah melakukan banyak hal. Kedua sisi otak bertugas memroses cahaya. Belahan otak kiri bertanggung jawab pada mata bagian kanan, dan sebaliknya.
Saat kita menatap lurus ke depan, otak menyatukan informasi visual dari kedua bagian otak agar kita melihat satu objek.
"Kembali ke kasus UD yang tidak memiliki lobus oksipital bagian kanan, ia harus menggerakkan mata dan kepala agar dapat melihat objek yang ada di sisi kiri," kata penulis senior Marlene Behrmann, profesor psikologi di Carnegie Mellon University, dilansir Live Science, Selasa (31/7/2018).
Meski begitu, tidak ada yang salah dengan mata UD. Bocah itu masih bisa "melihat" dalam arti kedua matanya dapat menangkap cahaya.
Namun karena sisi kanan otaknya tidak memiliki pusat pemrosesan visual, informasi yang ditangkap hilang dan tidak terbaca di mata kirinya.
"Saya pikir ia tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang dari penglihatannya. Ini mirip seperti, semua orang punya titik buta tetapi kita tidak menyadarinya," imbuh Behrmann.
Kesimpulan Behrmann didapat setelah ia dan timnya melakukan tes perilaku dan memindai otak UD dengan mesin pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) selama tiga tahun pasca operasi.
Tes perilaku antara lain meminta UD menemukan objek tertentu dalam gambar yang berantakan. Ahli pun memantau apakah UD dapat mendeteksi perubahan tipis di antara gambar.
Dari sinilah diketahui mata kiri UD tidak aktif. Meski demikian, ahli menegaskan fungsi matanya berfungsi seperti anak normal lainnya.
Ia dapat mengenali objek dengan baik dan memiliki kemampuan membaca di atas rata-rata teman-teman sebayanya. Selain itu, UD pun dapat mendeteksi wajah orang lain seperti sebelumnya.
Kehebatan otak
Menurut Behrmann, apa yang terjadi pada UD adalah bukti nyata dari plastisitas otak atau kemampuan otak untuk beradaptasi dengan cepat.
Neuron atau sel-sel otak mulai membentuk koneksi baru di otak dan melakukan tugas-tugas dari bagian otak yang hilang. Sebagai catatan, ukuran otak tidak berubah dan otak melakukan beberapa tugas tambahan.
"Saya yakin neuron dapat berinteraksi dengan neuron lain dengan cara baru, kemudian neuron-neuron itu menghasilkan koneksi baru," ujarnya,
Mungkin, usia UD yang masih muda juga mengambil peran dalam plastisitas otaknya.
"Kita tahu otak anak-anak memiliki kemampuan berubah yang lebih besar daripada orang dewasa. Mungkin bila orang dewasa yang mengalami kasus serupa, hasilnya bisa jadi berbeda," imbuhnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/08/01/180300923/sepertiga-bagian-otak-hilang-bocah-ini-tetap-tumbuh-normal