KOMPAS.com – Piramida Agung Giza adalah salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Tak hanya dikagumi oleh banyak orang awam, para peneliti juga terpukau dengan bangunan ini karena berbagai rahasianya.
Sampai saat ini, kita mengetahui jika piramida digunakan sebagai makam dan media penghormatan kepada raja-raja kuno Mesir.
Namun, belakangan ini, para ilmuwan telah mengungkap rahasia lain Piramida Giza.
Dilansir dari Newsweek, Selasa (31/07/2018), para peneliti menemukan bahwa dalam kondisi yang tepat, Piramida Agung Giza dapat memusatkan energi elektromagnetik ke dalam jaringan ruang internalnya (tersembunyi) dan di bawah dasarnya.
Hal ini ditemukan oleh tim gabungan fisikawan internasional dari ITMO University, Saint Petersburg, Rusia, dan Laser Zentrum, Hannover, Jerman.
Mereka menggunakan metode fisika teoretis untuk menyelidiki bagaimana Piramida Agung Giza merespon radiasi elektromagnetik (seperti gelombang radio, inframerah, cahaya, sinar ultraviolet, Sinar-X dan sinar gamma).
Mulanya, penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Applied Physics ini bertujuan untuk melihat bagaimana gelombang radio, dengan panjang yang proporsional, akan berinteraksi dengan struktur bangunan piramida.
Mereka menghitung bahwa panjang gelombang antara 200 hingga 600 meter akan menginduksi resonansi di dalam piramida.
Kemudian, dengan menggunakan pemodelan komputer, mereka berhasil mengetahui bagaimana energi gelombang radio akan menyebar atau terserap dalam kondisi ini.
Melalui percobaan tersebut, diketahui bahwa struktur bangunan piramida memungkin untuk energi elektromagnetik mengalir dan terpusat ke dalam ruang-ruang dan dasar bangunan itu.
Namun karena kurangnya informasi tentang sifat material piramida, para peneliti harus menggunakan beberapa asumsi untuk mengetahui bagaimana reaksi piramida terhadap gelombang.
"Sebagai contoh, kami berasumsi bahwa tidak ada ruangan yang tidak diketahui (tersembunyi) di dalam piramida, dan bahan bangunan memiliki sifat-sifat batu kapur biasa tersebar merata di dalam dan luar piramida," jelas Andrey Evlyukhin dari ITMO.
Menurut para peneliti, sifat yang tidak biasa dalam struktur piramida ini adalah sebuah kebetulan.
Itu karena sangat tidak mungkin bahwa orang Mesir kuno telah mengetahui tentang teknik ini pada masa tersebut.
Saat ini, para peneliti berencana untuk mereproduksi efek elektromagnetik serupa pada skala nano berukuruan 1 sampai 100 nanometer.
"(Dengan) memilih bahan yang sesuai dengan sifat elektromagnetik, kita dapat memperoleh nanopartikel piramida dengan harapan dapat digunakan untuk aplikasi praktis dalam nanosensor dan sel surya yang efisien," ungkap Polina Kapitainova, seorang fisikawan di ITMO.
Sebagai informasi, Piramida Agung Giza adalah bangunan tertinggi di dunia sampai abad ke-19 dan masih menjadi salah satu struktur buatan manusia terbesar hingga kini.
Piramida ini berdiri 2560 sebelum masehi (SM) pada masa pemerintahan Firaun Khufu, dengan lama pembangunan sekitar 20 tahun.
Sampai saat ini, pertanyaan tentang bagaimana tepatnya piramida berdiri masih menjadi teka-teki.
Monumen ini merupakan bagian dari Nekropolis Giza, yang berisi dua piramida yang lebih kecil, serta beberapa kuil dan makam lainnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/08/01/173500223/piramida-giza-bisa-pusatkan-energi-elektromagnetik-ke-ruang-rahasianya