KOMPAS.com – Salah satu upaya Kementerian Kesehatan untuk mencegah penularan hepatitis B adalah dengan melakukan skrining terhadap ibu hamil.
Pasalnya, ada dua jenis penularan hepatitis B: secara horizontal yakni lewat donor darah, tertusuk benda tajam yang membawa virus hepatitis, atau hubungan seksual; dan secara vertikal yakni dari ibu ke anak.
Penularan vertikal terjadi dalam 80 persen kasus, sehingga mencegah penularan vertikal sama dengan mencegah mayoritas penularan hepatitis.
Namun, bagaimana bila ibu hamil ditemukan positif mengidap hepatitis B? Adakah harapan bagi bayinya untuk terbebas dari penyakit mematikan ini?
Dokter Wiendra Waworuntu, MKes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengatakan dalam acara diskusi “Peranan Uji Diagnostik dalam Memerangi Hepatitis” oleh Royal Philips di Jakarta, Kamis (26/7/2018), kalau ketahuan bayinya kena, bayinya yang diintervensi sedangkan ibunya diterapi.
Intervensi yang dimaksud di sini adalah untuk mencegah bayi ikut terinfeksi hepatitis B.
Caranya dengan memberikan vaksin hepatitis B dan suntikan imunoglobulin dalam 12 jam sejak bayi dilahirkan. Sebab, virus masuk ke inti sel hati dalam 12 jam; Jika sudah masuk, vaksin akan gagal.
Akan tetapi intervensi ini hanya menjamin perlindungan sekitar 95 persen.
Dokter Irsan Hasan, SpPD-KGEH, Ketua PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, berkata bahwa anjuran sekarang adalah juga mengecek jumlah virus pada ibu ketika trimester ketiga. Jika ditemukan tinggi, maka akan diberikan obat untuk menurunkan virus.
Bila ketiga anjuran ini dilakukan, maka bayi akan 100 persen terlindungi dari hepatitis B, walaupun terlahir dari ibu yang mengidap penyakit tersebut.
https://sains.kompas.com/read/2018/07/28/120900623/ibu-hamil-ketahuan-mengidap-hepatitis-b-lalu-bagaimana-bayinya-