KOMPAS.com – Permasalahan udara sering kali hanya terkait polusi yang terkandung dan dampaknya pada pemanasan global. Namun, tidak ada yang menyadari bahwa di dalam udara, terdapat gen kebal antibiotik yang akan membuat penyakit menjadi sulit disembuhkan.
Padahal, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat, setidaknya dua juta orang terinfeksi oleh bakteri yang tahan terhadap antibiotik setiap tahunnya. Akibatnya, 23.000 orang meninggal setiap tahun akibat infeksi tersebut.
Dilansir dari Newsweek, Rabu (25/7/2018), para peneliti dari berbagai universitas di seluruh dunia mempelajari jumlah gen kebal antibiotik yang berterbangan di udara.
Penelitian yang dipublikasikan di Environmental Science and Technology ini menganalisis udara di 19 kota yang berbeda.
Menurut Alliance for the Prudent Use of Antibiotics, ada beberapa cara bakteri dapat mentransfer gen yang resisten ke gen yang berbeda.
Pertama, mereka dapat memperolehnya dalam proses kawin. Kedua, virus juga dapat mentransfer gen dari satu bakteri ke bakteri lainnya. Ketiga, bakteri juga dapat mengambil gen langsung dari lingkungan mereka, seperti jika gen itu di udara.
Ketika bakteri memperoleh beberapa gen berarti mereka dapat menahan beberapa jenis antibiotik.
Untuk mencari bukti yang lebih kuat, para peneliti melakukan penelitian pada beberapa negara di dunia untuk mencari tahu apakah udara di kota-kota negara tersebut mengandung 30 gen yang resisten terhadap tujuh kelas antibiotik.
Hasilnya, tim menemukan bahwa semua kota yang diteliti, Amerika Serikat, China, Indonesia, Singapura, Australia, Polandia, Prancis, Denmark, Brasil, Korea Selatan, dan Afrika Selatan, memiliki gen-gen tahan antibiotik berterbangan di udara.
San Francisco, California, memiliki jumlah gen yang resisten terhadap antibiotik udara terbanyak secara keseluruhan, sementara Bandung, Indonesia, memiliki jumlah terkecil.
Selain itu, Beijing memiliki variasi gen resisten antibiotik yang paling besar dengan 18 tipe yang berbeda. Ini menyumbang 60 persen dari total tipe gen dalam studi mereka.
Di 19 kota, gen yang paling banyak ditemukan adalah gen yang resisten terhadap antibiotik penisilin dan kuinolon. Keduanya sering digunakan untuk mengobati infeksi seperti tifoid dan infeksi saluran kemih. Sementara itu, gen yang paling umum ditemukan adalah gen yang resisten terhadap pengobatan MRSA yang disebut vankomisin.
Jika seseorang menghirup salah satu gen yang resisten terhadap antibiotik, gen itu bisa mengubah bakteri yang mungkin ada di dalamnya menjadi bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Oleh karena itu, ketika orang tersebut mengalami infeksi, mungkin akan menjadi sulit untuk diobati mengingat tubuhnya sudah resisten terhadap antibiotik.
Dikarenakan hasil penelitian ini, para ilmuwan pun menyerukan perhatian yang lebih besar pada peningkatan kualitas udara di daerah perkotaan dan fokus untuk mengidentifikasi apakah gen kebal antibiotik berada di udara atau tidak.
https://sains.kompas.com/read/2018/07/27/170800323/udara-19-kota-diperiksa-gen-kebal-antibiotiknya-bandung-bagaimana-