Para ahli pun banyak melakukan terobosan agar dapat mengganti plastik dengan alternatif lain. Salah satunya seperti yang dilakukan ilmuwan dari Institut Teknologi Georgia.
Menurut studi yang terbit di ACS Sustainable Chemistry and Engineering, Senin (23/7/2018), bungkus plastik dapat diganti dengan serat alami yang terbuat dari pohon dan cangkang kepiting.
Untuk membuat bahan lentur menyerupai plastik, para ahli mengambil kitin pada cangkang kepiting dan selulosa yang banyak ditemukan di pohon.
Kitin adalah komponen utama dari eksoskeleton (kerangka eksternal yang melindungi tubuh hewan) kepiting, serangga, dan jamur. Kitin umumnya tergabung dengan senyawa lain seperti protein, mineral, dan pigmen.
Selain sebagai pelindung hewan, kitin mereupakan biopolimer kedua yang paling melimpah kedua setelah selulosa.
Untuk menemukan solusi mengatasi masalah sampah, awalnya ahli hanya meneliti selulosa.
"Kami telah mengamati nanokristal selulosa selama beberapa tahun dan mengupayakan agar dapat digunakan untuk mengemas makanan. Seperti kita tahu, kemasan makanan sangat penting saat ini," kata profesor J. Carson Meredith yang menulis studi dalam sebuah pernyataan dilansir Newsweek, Senin (23/7/2018).
Meredith dan timnya baru menyadari kitin dapat digunakan sebagai alternatif pengemasan produk setelah mereka menemukan kitin bermuatan positif, di sisi lain selulosa bermuatan negatif.
Menurut para ahli, jika kedua bahan yang berlimpah biopolimer itu dikawinkan maka akan tercipta lapisan dengan kualitas unggul.
Untuk mengujinya, tim merendam nanoserat kitin dan selulosa di dalam air, kemudian menyemprotkan bahan transparan itu ke sebuah permukaan. Setelah kering, mereka menemukan campuran keduanya telah berubah menjadi sesuatu yang kuat dan lentur.
Menurut tim, hasilnya mirip seperti polyethylene terephtalate (PET) atau bahan utama dalam pembuatan barang dari plastik seperti botol minuman, dan lainnya.
Meski secara kasatmata terlihat mirip PET, para ahli menegaskan bahan yang mereka ciptakan lebih bagus untuk kesehatan manusia
"Kalau PET, sebagian besar terbuat dari konten amorf atau nonkristalin yang memudahkan molekul gas kecil dari luar menembus masuk ke dalamnya," ujar Meredith.
Artinya, teknologi yang diciptakan Meredith dan timnya akan membuat makanan lebih segar dan tahan lama karena lebih sedikit racun yang mampu menembus kemasan.
Selain keuntungan itu, mungkin kemasan yang terbuat dari pohon dan cangkang ini bisa lebih banyak diproduksi. Terutama, banyak industri makanan yang membuang sia-sia cangkang kepiting.
Untuk sampai ke sana, saat ini para ahli masih mencari cara agar dapat memproduksi alternatif plastik mereka dalam jumlah besar dan meningkatkan pemblokiran uap air. Semoga hal itu segera terealisasi.
https://sains.kompas.com/read/2018/07/24/123100723/hentikan-polusi-plastik-ahli-buat-alternatif-dari-pohon-dan-cangkang