KOMPAS.com - Nasib sial menimpa seekor ular yang baru saja menetas dan merangkak keluar dari telurnya. Bukannya tumbuh besar, ular tersebut justru terperangkap resin pohon yang mengeras atau batu ambar dan menjadikannya fosil.
Namun bukan berarti kehidupan singkat ular itu menjadi sia-sia. Setelah 99 juta tahun kemudian, fosilnya justru ditemukan di Myanmar dan menghadirkan bukti menarik tentang nenek moyang ular modern yang hidup jutaan tahun lalu.
Fosil yang ditemukan tersebut sangat kecil. Ukurannya hanya sekitar 47,5 milimeter, tanpa kepala, dan memiliki sekitar 97 tulang. Meski begitu para peneliti mampu mengidentifikasinya sebagai spesies baru.
Para peneliti menamai spesies baru tersebut Xiaophis myanmarensis dan percaya bahwa itu terkait dengan beberapa ular modern di Asia Tenggara.
"Hal menarik lain ada fitur yang sangat unik dari bagian atas tulang belakang yang belum pernah terlihat sebelumnya pada fosil ular lain yang sejenis," kata Michael Caldwell, paleontolog dari University of Alberta, dilansir Live Science, Rabu (18/7/2018).
Selain berisi fosil ular kecil, ternyata potongan ambar yang ditemukan juga menyimpan potongan kulit yang diyakini oleh peneliti berasal dari ular yang lebih besar.
Hanya saja mereka tidak bisa memastikan apakah ular tersebut berasal dari spesies yang sama atau berbeda.
Sementara remahan organik lain yang juga terperangkap ternyata masih menawarkan detail berharga tentang habitat ular kuno tersebut.
"Batu ambar mengumpulkan segala sesuatu di dekatnya dan mengurung semuanya seperti lem super dalam waktu lama, bahkan bisa mencapai ratusan juta tahun," kata Caldwell.
Jadi, selain mengurung ular resin pohon yang kemudian mengeras juga mengawetkan serasah atau bahan organik mati berupa ranting, kotoran, dan, dan lainnya yang ada di hutan.
"Kita tidak hanya memiliki bayi ular pertama, tapi kita juga memiliki bukti definitif pertama ular yang hidup di hutan," tambah Caldwell.
Myanmar sendiri merupakan tempat yang bagus untuk menemukan mahluk purba yang terjebak dalam amber. Juni lalu saja, peneliti lain juga menemukan katak kecil yang merupakan fosil katak tertua di hutan hujan tropis. Belum lagi penemuan burung, bunglon, semut vampire dan bahkan dinosaurus berbulu yang juga ditemukan di Myanmar.
Penelitian ini telah dipublikasikan di Science Advances, Rabu (18/7/2018).
https://sains.kompas.com/read/2018/07/20/123300123/bayi-ular-tertua-ditemukan-terperangkap-dalam-batu-ambar