Dalam temuan yang terbit di British Medical Journal (BMJ), dijelaskan bahwa kekebalan tubuh pria tak sebaik wanita sehingga mereka lebih rentan mengalami penyakit pernapasan akut dan lebih mudah terserang penyakit akibat virus.
Walau man flu nyata, kini studi terbaru dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health menunjukkan bahwa pria dapat lebih cepat pulih dari flu dibanding wanita. Studi itu menyebut pria memiliki protein unik yang diproduksi secara khusus.
Tes laboratorium menunjukkan tikus jantan dan sel pria yang terinfeksi H1N1 atau saluran pernapasan akut akan memproduksi protein pengobatan paru yang disebut amphiregulin dengan kadar yang tinggi.
Sementara itu, tikus yang direkayasa secara genetik kekurangan amphiregulin akan sembuh lebih lama seperti wanita.
"Studi kami menunjukkan wanita memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama karena produksi protein amphiregulin yang relatif rendah," kata penulis senior Sabra Klein dalam sebuah pernyataan dilansir IFL Science, Kamis (19/7/2018).
Para ahli yang terlibat dalam penelitian ini meyakini temuan mereka dapat digunakan untuk membuat pengobatan flu yang baru, khususnya obat yang dapat meningkatkan produksi amphiregulin pada wanita.
"Dengan meningkatkan produksi protein amphiregulin pada wanita, kami percaya itu akan mempercapat penyembuhan flu," ujar Klein.
Mengapa amphiregulin yang dikenal untuk meningkatkan sel epitel di kulit dan paru-paru, meningkat pada pria yang sedang dalam pemulihan flu masih menjadi misteri.
Kini tim ahli akan menyelidiki bagaimana testosteron dapat memberi efek perlindungan, dan mempelajari faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan produksi amphiregulin.
https://sains.kompas.com/read/2018/07/20/113000323/-man-flu-nyata-tapi-pria-lebih-cepat-sembuh-dibanding-wanita