Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ledakan "Sapi" di Dekat Bima Sakti Ini Lebih Terang dari Supernova

KOMPAS.com - Para astronom melihat sebuah ledakan misterius yang terjadi tak jauh dari galaksi kita, Bima Sakti. Kajian ilmiahnya belum resmi diterbitkan, namun penemuan itu menantang para astronom untuk mengungkapnya. 

Peristiwa ledakan bintang di luar angkasa sering terjadi, namun ledakan "The Cow" yang terdeteksi oleh para astronom pada 16 Juni 2018 lalu, ternyata 10 kali lebih terang daripada supernova normal.

"Saya belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya di alam semesta lokal," kata Stephen Smartt, astrofisikawan dari Queen's University Belfast dan peneliti di lembaga pengamatan ATLAS yang berbasis di Hawaii.

Dikutip dari Sciencealert, Selasa 926/6/2018), "The Cow" hanya butuh waktu tiga hari saja untuk mencapai lumonisitas cahaya puncaknya. Sementara itu, ledakan supernova butuh 10 hari untuk mencapai tingkat yang sama.

Mengenai namanya, "The Cow" yang berarti sapi berasal dari AT2018cow, nama resmi yang didapat berdasarkan sistem tiga huruf acak dari lokasi penemuan fenomena atau benda langit baru.

Penemuan awal

Smartt adalah astrofisikawan yang pertama kali melihat ledakan "The Cow". Kabar penemuan tersebut segera tersiar luas di kalangan ilmuwan setelah diunggah di akun media sosial Astronomer's Telegram.

Pada awalnya Smartt menduga ledakan tersebut berasal dari sebuah benda langit di galaksi Bima Sakti, karena pijaran ledakannya begitu terang.

Namun ketika diteliti lebih detail dengan analisa spectroscopic terhadap komponen panjang gelombang dan cahayanya, para ahli menyakini bahwa "The Cow" terkait dengan CGCG137-068 yang ada di konstelasi Hercules.

Analisa tersebut dikuatkan dengan sejumlah bukti, antara lain adalah rentang waktu cahayanya dari galaksi ke Bumi sekitar 200 juta tahun cahaya. Ini berarti, menurut astronom, ledakan tersebut telah menciptakan gelombang gravitasi yang harusnya bisa terdeteksi.

Sayangnya, dua alat detektor LIGO yang ada di Washington dan Louisiana sedang dalam perbaikan dan tidak bisa mendeteksi gelombang tersebut.

Sementara itu, pengamatan dari para ahli lainnya justru menimbulkan pertanyaan lain, misalnya tentang spektrum elektromagnetik yang terbentuk dari sinar X ke gelombang radio di "The Cow" yang sangat luar biasa cerah.

Smartt mengatakan, biasanya supernova meninggalkan jejak spektrum yang disebut garis absorbsi yang terjadi karena sejumlah elemen di dalamnya yang menyerap panjang gelombang cahaya. Pada ledakan AT2018cow, jejak spektrumnya "sangat halus".

Supernova atau bukan?

Dilansir dari Washington Post, hingga saat ini para astronom masih berjuang untuk membuktikan apakah ledakan itu adalah supernova. Di saat para ahli mencoba untuk mempelajarinya, AT2018cow.

Sebagian para ahli menduga AT2018cow ini adalah supernova Tipe 1c, tipe yang terbentuk karena runtuhnya inti bintang raksasa yang sudah tidak punya elemen hidrogen dan helium di lapisan luarnya.

Sementara itu, sinyal sinar-X dan sinyal radio yang kuat menunjukkan, ledakan tersebut menghasilkan kecepatan gerakan sejumlah partikel yang mendekati kecepatan cahaya.

"Ini memang terlihat seperti benda yang cukup langka," kata Smartt.

"Hanya saja bukti-bukti terkait panjang gelombangnya perlu dipahami lebih mendalam, khususnya dalam ilmu fisika. Dan ini adalah baru proses awal dari sebuah penelitian ilmiah," tambahnya.

Pengamatan AT2018cow masih membutuhkan penelitian panjang dan analisis tambahan sebelum resmi diterbitkan. Seperti diketahui, Astronomer's Telegram bukanlah jurnal kajian antar peneliti.

Namun, hal tersebut merupakan kesempatan bagi para astronom untuk meneliti fenomena baru secara real time.

"Para ahli mengeluarkan data-data mereka dan semua orang tidak menyadari bahwa data tersebut itu terlihat aneh," kata Smartt.

https://sains.kompas.com/read/2018/06/28/170600923/ledakan-sapi-di-dekat-bima-sakti-ini-lebih-terang-dari-supernova

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke