KOMPAS.com – Tidak banyak yang bisa menyaingi kuburan Nyonya Xia. Berbagai harta karun terus ditemukan di kuburan nenek dari Kaisar Pertama China, Qin Shi Huang, ini.
Kuburan Nyonya Xia pertama kali digali pada 2004. Pada saat itu, para arkeolog menemukan berlimpah-limpah giok, emas, perak, tembikar yang diukir, dan dua kereta bersama 12 kuda.
Pada 12 lubang di kuburannya, para peneliti juga menemukan kerangka beruang hitam asia, macan tutul, lynx, bangau, dan spesies ungka yang belum pernah ditemkan sebelumnya.
Para peneliti meyakini bahwa ungka ini merupakan salah satu hewan peliharaan Nyonya Xia yang kini spesiesnya telah punah.
Diwawancarai oleh Science, pakar biologi konservasi Dr Samuel Turvey dari Zoological Society of London bercerita bahwa dia menemukan ungka tersebut untuk kali pertama ketika mengunjungi Shaanxi Provincial Institute of Archaeology di Xi’an pada 2004.
Walaupun tidak diperbolehkan untuk melubangi dan mengambil DNA dari tulang ungka, dia dan koleganya melakukan analisis mendalam dengan mengukur tulang dan gigi fosil untuk dibandingkan dengan ungka-ungka yang masih ada saat ini.
Totalnya, Turvey dan kolega mengukur 789 gigi dari 279 individu dan 477 tengkorak.
Fosil ungka tersebut ditemukan sangat berbeda dari 20 spesies ungka yang ada sehingga Turvey dan kolega pun memutuskan bahwa ini merupakan spesies baru yang telah punah.
Mereka menamai spesies ini Junzi imperialis. “Imperialis” karena ungka tersebut merupakan hewan peliharaan keluarga kerajaan dan “Junzi” karena kera seringkali berperan sebagai pria terpelajar (junzi) dalam berbagai mitologi China.
Temuan ini juga menjadi bukti kuat eksploitasi ungka oleh manusia, dan mungkin dapat menjelaskan pengaruh kita terhadap kepunahan spesies-spesies hewan di masa lalu.
Pasalnya, catatan sejarah dan lukisan-lukisan China kuno banyak bercerita mengenai ungka. Bukti fosil juga menunjukkan bahwa berbagai macam spesies ungka hidup di China hingga beberapa ratus tahun yang lalu.
Kini, seluruh spesies ungka yang tersisa di China mendapat status ancaman teratas dalam daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), yakni terancam kritis. Ungka hainan (Nomascus hainanus), misalnya, hanya tersisa 26 ekor di alam liar.
Susan Cheyne, wakil ketua dari IUCN Primate Specialist Group Section on Small Apes yang tidak terlibat dalam studi, berkata bahwa berbagai bukti menunjuk bahwa kehancuran ungka China merupakan ulah manusia.
Deforestasi membuat mereka kehilangan habitat, dan perburuan ungka sebagai hewan peliharaan berstatus tinggi memperburuk nasib mereka.
Pada saat ini pun, masalah yang sama masih menghantui ungka. Cheyne mengatakan, ungka diperjualbelikan dengan bebas di Twitter, Instagram, dan Facebook.
Dia pun berharap agar penemuan ini bisa menjadi peringatan keras dan mendorong perlindungan untuk ungka.
“Kuncinya di sini adalah kita bisa belajar dari masa lalu dan mencoba untuk mengubah masa depan kita,” ujarnya.
Hasil penelitian Turvey dan kolega telah dipublikasikan dalam jurnal Science.
https://sains.kompas.com/read/2018/06/23/070600523/peringatan-dari-fosil-kera-di-kuburan-keluarga-kerajaan-china