Tes ini kemudian diuji lebih lanjut agar mampu melakukan hal yang sama untuk mendeteksi balita yang kemungkinan mengembangkan Autism Spectrum Disorder (ASD) atau gangguan autisme.
Kuncinya adalah algoritma yang memperhitungkan keberadaan dan konsentrasi puluhan bahan kimia dalam darah yang sebelumnya dikaitkan dengan autisme.
Laporan yang terbit di Bioengineering & Translational Medicine mengungkap, dengan mendiagnosis anak dengan autisme sejak dini maka kita dapat membantu mereka menjalani hidup lebih mudah.
Sebenarnya, apa yang menyebabkan autisme masih menjadi misteri.
Ahli percaya ada sejumlah gen yang terlibat, namun bagaimana gen berinteraksi dengan faktor lingkungan dan menimbulkan karakteristik tertentu masih terus diuji.
Dalam penelitian sebelumnya, ahli berhasil memetakan 24 bahan kimia yang berkaitan dengan dua jalur biokimia dan terhubung dengan autisme, dapat mendiagnosis orang dewasa memiliki gangguan autisme. Hasilnya, 97,6 persen akurat.
Cara ini kemudian diujikan pada 157 anak-anak berusia dua sampai 17 tahun.
"Kami dapat memprediksi dengan akurasi 88 persen apakah anak-anak memiliki autisme," ujar ahli biologi Juergen Hahn dilansir Science Alert, Kamis (21/6/2018).
Meski berbeda dengan sampel dewasa yang hasil akurasinya 97,6 persen, namun ini tetap mengesankan dan diharapkan tes algoritma dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan akurasi pada anak-anak.
Diagnosis gangguan autisme sejak dini sangat penting untuk mengembangkan keterampilan yang dapat digunakan untuk menghadapi tantangan dari otak mereka yang unik.
Umumnya, karakteristik ASD tidak selalu mudah dikenali. Ada yang membutuhkan beberapa tahun untuk terlihat jelas.
Memang pemindaian otan dan mengamati gerakan mata bayi dan balita dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti diagnosis ASD.
Akan tetapi, tes darah yang relatif murah untuk mendeteksi ASD adalah langkah besar menuju diagnosis sempurna.
https://sains.kompas.com/read/2018/06/21/170000923/akurat-88-persen-tes-darah-ini-bisa-deteksi-autisme-pada-anak