Para ahli dari Budapest, Hongaria, menunjukkan hubungan tersebut dengan cara memancing anjing obesitas dan anjing yang memiliki berat normal dengan makanan.
Caranya, ahli meminta sejumlah responden untuk membawa anjing mereka ke tempat penelitian dan mengelompokkannya berdasarkan berat badan, yakni kelompok anjing obesitas dan kelompok anjing dengan berat rata-rata.
Kedua kelompok ini diberi dua jenis makanan yang lezat dan tidak lezat dalam dua mangkuk berbeda.
Saat mangkuk pertama yang berisi makanan tidak enak disajikan, ahli meminta pemilik anjing untuk menyuruh semua hewan menunggu sampai mangkuk berisi makanan enak disajikan.
"Awalnya kami kira anjing obesitas akan menuruti instruksi pemiliknya untuk menunggu, tapi ternyata fakta yang kami lihat berbeda," kata Orsolya Torda pemimpin penelitian dari Universitas ELTE Budapest dilansir Reuters, Jumat (15/6/2018).
"Anjing obesitas tidak dapat menunggu sampai mangkuk kedua datang dan langsung melahap makanan di mangkuk pertama yang mereka lihat," imbuhnya.
Hal ini berkebalikan dengan anjing normal yang menuruti instruksi dan mau menunggu sampai mangkuk kedua datang.
"Anjing obesitas tidak akan memboroskan energi untuk mencari makanan. Bagi mereka, yang utama adalah menemukan makanan dengan sedikit energi yang dikeluarkan," ujar Torda.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Royal Society Open Science, edisi Rabu (6/6/2018) memprediksi. manusia yang kelebihan berat badan juga akan segera melahap makanan yang tersedia saat ada ketidakpastian apakah makanan yang lebih lezat akan disajikan.
Dilansir Newsweek, Sabtu (16/6/2018), jika melihat situasi ini dalam sudut pandang evolusi, mungkin perilaku ini menguntungkan bagi hewan liar.
Ketidakpastian kapan mendapat makanan di masa depan membangkitkan naluri hewan untuk segera melahap apa yang dilihatnya.
Meski demikian, Torda dan timnya mengaku penelitian mereka masih memiliki keterbatasan dikarenakan pengetahuan tentang hewan dan manusia obesitas sangat rumit dan kontroversial.
"Kami bahkan tidak dapat memastikan apakah perilaku yang sama ini ada pada manusia. Genetika, akses ke makanan sehat, dan olahraga semua memainkan peran juga," papar Torda.
https://sains.kompas.com/read/2018/06/17/170200223/anjing-obesitas-petunjuk-baru-untuk-pahami-kegemukan