KOMPAS.com - Jika Anda mengalami masalah disfungsi ereksi, ada kemungkinan tim dokter juga akan memeriksa kesehatan jantung Anda.
Berdasarkan penelitian terbaru dari Michael Blaha, seorang ahli medis dari Johns Hopkins School of Medicine; impotensi terbukti menjadi penanda kuat jantung Anda bermasalah.
"Hasil kami mengungkapkan bahwa disfungsi ereksi adalah prediktor kuat terhadap risiko kardiovaskular," kata Dr Blaha dalam pernyataan resminya.
Blaha juga menyarankan para dokter untuk mulai memeriksa kesehatan jantung pasien ketika ada pasien yang mengeluhkan kemampuan ereksi mereka.
Selain itu, tim medis juga diharapkan lebih intensif melakukan penanganan terkait potensi jantung dan stroke pada para pasien tersebut.
Sebetulnya, sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa impotensi dan kesehatan jantung dipicu oleh faktor hipertensi, obesitas, diabetes mellitus, kebiasaan merokok, kolesterol, dan darah tinggi.
Namun, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan apakah imptotensi juga terkait langsung dengan kondisi kesehatan organ lain di dalam tubuh.
Blaha dan rekannya meneliti data dari sebuah penelitian besar yang melacak kesehatan kardiovaskular dari 6.000 pria dan wanita di AS selama beberapa tahun, termasuk 1.757 pria yang berusia antara 59 hingga 78 tahun yang baru menjalani perawatan dalam empat tahun.
Setelah menyesuaikan model statistik untuk faktor risiko lain dan juga faktor depresi, serta penggunaan berbagai obat; Blaha menemukan bahwa peserta dengan masalah impotensi hampir dua kali lebih tinggi berisiko mengalami masalah jantung atau stroke, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami gangguan ereksi.
Namun demikian, Blaha mengakui bahwa bukti ilmiah tersebut harus ditindaklanjuti dengan penelitian lebih mendalam untuk mengetahui risiko jangka panjangnya.
Blaha menyarankan, pria yang mengalami impotensi juga wajib memeriksakan diri ke ahli jantung.
"Sungguh luar biasa betapa banyak pria menghindari dokter dan mengabaikan tanda-tanda awal penyakit kardiovaskular, tetapi hadir untuk pertama kalinya dengan keluhan impotensi. Ini adalah kesempatan bagus untuk mengidentifikasi kasus berisiko tinggi yang tidak terdeteksi," katanya.
Sementara itu, menurut ahli di University of Wisconsin-Madison School of Public Health, impotensi yang ringan hingga sedang mempengaruhi 10 persen pria dalam setiap dekade, misalnya hampir 50 persen pria mengalami impotensi ringan hingga sedang pada usia sekitar 50 tahun.
Sementara itu, sekitar 5 persen pria mengalami impotensi total pada usia 40 tahun, dan angka ini akan meningkat menjadi sekitar 15 persen saat berusia 70 tahun.
Penting untuk dicatat bahwa kondisi tersebut juga bisa disebabkan oleh kelainan sistem peredaran darah dan peradangan. Dalam beberapa kasus, impotensi juga disebabkan oleh depresi atau kecemasan, perubahan hormonal, cedera atau efek samping obat.
Dikutip dari Iflscience, Selasa (12/6/2018), penelitian ini telah terbit di jurnal Circulation.
https://sains.kompas.com/read/2018/06/13/210600223/bukti-baru-lemah-syahwat-pertanda-gangguan-kesehatan-jantung