Black death atau maut hitam adalah infeksi paling mematikan sepanjang sejarang yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pasalnya puluhan juta orang Eropa yang hidup pada abad ke-14 sampai ke-19 meninggal karena penyakit ini.
Julakan black death disematkan karena penyakit ini menyerang getah bening dan mengubah warna getah bening dan ujung-ujung jari menjadi hitam.
Awalnya para arkeolog menemukan kerangka manusia berusia 3.800 tahun di timur sungai Volga, Rusia beberapa tahun lalu.
Mereka pun mengirim sampel gigi kerangka ini ke Institut Max Planck untuk diteliti ahli paleogenetik Maria Spyrou.
Spyrou meneliti pulpa yang diambil dari gigi dan melakukan tes genetik untuk menembukan wabah bakteri.
Dari sinilah terbukti bakteri mematikan ini sudah ada 1.000 tahun lebih awal dari yang dipercaya para ahli sebelumnya, tepatnya saat zaman perunggu di Eurasia.
Dalam laporannya di jurnal Nature Communications, Jumat (8/6/2018), Spyrou mengatakan bakteri Y. pestis tidak ada hubungannya dengan hewan pengerat seperti yang dipercaya selama ini.
Seperti diwartakan Newsweek, Sabtu (9/6/2018), kutu membawa dan menyebarkan bakteri sehingga menimbulkan pandemi pada tahun 500.
Penyakit ini kemudian berkembang menjadi Black Death mematikan pada abad ke-14 dan menewaskan lebih dari 20 juta manusia di Eropa.
Spyrou menulis, awalnya bakteri ini belum beradaptasi untuk hidup pada kutu. Kemudian Y. pestis berevolusi menjadi bakteri yang menumpangi kutu dan dapat bergerak cepat untuk menginfeksi manusia.
Baginya, memahami pola wabah penyakit paling mematikan di dunia akan membantu pencegahan bencana di masa depan.
"Memahami asal usul penyakit adalah sesuatu yang tidak mudah. Namun, setiap penyakit memiliki pola berbeda yang mungkin akan membantu kita memahami dan memeranginya," ujar Spyrou dilansir STAT News, Jumat (8/6/2018).
https://sains.kompas.com/read/2018/06/11/113700023/gigi-berusia-3.800-tahun-ungkap-asal-usul-wabah-maut-hitam-