KOMPAS.com - Badai petir merupakan salah satu cuaca buruk yang terjadi di banyak wilayah di dunia. Mungkin banyak yang mengira bahwa badai petir hanya terjadi di Bumi.
Namun, sebuah temuan baru yang didasarkan pada data pesawat antariksa Juno menunjukkan adanya badai petir di Jupiter.
Sebenarnya, para ilmuwan telah meramalkan badai petir yang disebut dengan istilah "Jovian lightning" selama berabad-abad. Prediksi ini bahkan pertama kali dikonfirmasi pada 1979 ketika pesawat antariksa tanpa awak Voyager 1 merekamnya.
Pembacaan data yang diambil oleh pesawat antariksa tersebut memastikan hal itu adalah petir. Meski begitu, para ilmuwan mencatat bahwa itu tampak sangat berbeda dengan badai petir di Bumi.
Kini, dalam sebuah makalah baru yang terbit dalam jurnal Nature, para ilmuwan NASA dalam misi Juno menemukan bahwa sebenarnya badai petir di Jupiter sangat mirip dengan yang terjadi di Bumi.
Temuan tersebut jugda didukung oleh laporan kedua yang ditulis tim dari Czech Academy of Sciences. Laporan tersebut menyajikan koleksi rekaman petir terbesar dari planet raksasa itu.
"Tidak peduli di planet mana Anda berada, petir bertindak seperti pemancar radio - mengirim gelombang radio ketika mereka melintas langit," kata Dr Shannon Brown dari Jet Propulsion Laboratory NASA, penulis utama makalah pertama dikutip dari The Independent, Kamis (07/06/2018).
"Tapi sebelum Juno, semua sinyal petir yang direkam oleh pesawat ruang angkasa terbatas baik pada deteksi visual atau dari rentang kilohertz dari spektrum radio, meskipun pencarian sinyal dalam rentang megahertz," sambungnya.
Dr Brown juga menjelaskan bahwa banyak teori yang ditawarkan untuk menjelaskan fenomena ini.
"Tetapi tidak ada teori yang bisa mendapatkan daya tarik sebagai jawabannya," ujarnya.
Ketika pesawat antariksa Juno terbang mendekati Jupiter pada 2016, ia menyusun instrumen yang sangat sensitif untuk mencatat emisi dari gas raksasa planet tersebut.
Pada penerbangan pertama, pesawat ini mencatat 377 debit petir dengan pembacaan megahertz. Ini sebanding dengan petir yang ditemukan di Bumi.
Dalam makalah kedua, Dr Ivana Kolmasova menemukan bahwa tingkat sambaran petir di Jupiter juga sama dengan di Bumi.
Dr Kolmašová dan timnya menghasilkan database terbesar dari emisi radio frekuensi rendah yang dihasilkan oleh petir di sekitar Jupiter, yang dikenal sebagai "whistlers" karena kebisingan yang mereka buat.
Data tersebut memuat lebih dari 1.600 sinyal, yang juga dikumpulkan menggunakan instrumen dari Juno. Tak hanya itu, data ini menunjukkan tingkat sambaran petir enam kali lebih tinggi dari nilai puncak yang dideteksi oleh Voyager 1.
Pada saat yang sama, sementara dalam banyak hal para peneliti menegaskan bahwa petir Jovian sangat mirip dengan yang diamati di Bumi, mereka juga mencatat perbedaan dalam distribusinya.
"Distribusi petir Jupiter berada di luar relatif terhadap Bumi," kata Dr Brown.
"Ada banyak kegiatan di dekat kutub Jupiter tetapi tidak ada di dekat khatulistiwa (garis tengah planet tersebut). Anda bisa bertanya kepada siapa saja yang tinggal di daerah tropis - ini tidak berlaku untuk planet kita," sambungnya.
Efek ini diduga hasil dari perbedaan distribusi panas dari kedua planet.
Udara yang hangat dan kelembapan tinggi di khatulistiwa Bumi memicu badai di sekitar bagian tengah planet. Sedangkan efek yang sama pada Jupiter diciptakan oleh gas hangat dari interior Jupiter yang naik di kutub karena kurangnya stabilitas atmosfer.
"Penemuan ini hanya bisa terjadi dengan Juno," kata Dr Scott Bolton, peneliti utama Juno dari Southwest Research Institute, San Antonio.
"Orbit unik kami memungkinkan pesawat luar angkasa kami terbang lebih dekat ke Jupiter daripada pesawat angkasa lain dalam sejarah, jadi kekuatan sinyal dari apa yang dipancarkan planet ini seribu kali lebih kuat," tutupnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/06/07/123200123/badai-petir-di-jupiter-sama-dengan-di-bumi-menurut-temuan-baru