KOMPAS.com - Apa jadinya jika seorang perempuan dilahirkan tanpa vagina? Inilah yang dialami oleh Jucilene Marinho, perempuan 23 tahun dari Brasil.
Marinho mendapat kabar bahwa dia tak memiliki vagina saat berusia 15 tahun. Padahal, dia mengalami masa pubertas secara normal.
Marinho juga mengalami nyeri haid seperti pada umumnya. Hanya saja, dia tak pernah mengalami menstruasi.
Ketika diperiksa, para petugas medis tidak menemukan apapun kecuali jaringan ikat di belakang kulit yang seharusnya menjadi vagina. Dokter mendiagnosisnya dengan kondisi bawaan langka yang disebut dengan Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH).
Kondisi tersebut membuatnya tidak punya leher rahim, rahim, atau indung telur. Artinya, Marinho tidak akan pernah memiliki anak.
Prosedur "Pembuatan" Vagina
8 tahun berselang dari diagnosis tersebut, Marinho mendapatkan kesempatan untuk "membuat vagina".
Namun, vagina buatan ini tak biasa karena terbuat dari kulit ikan tilapia.
Prosedur ini dipimpin oleh Dr Leonardo Bezerra dari Federal University of Ceara (UFC), Brasil pada April 2017 lalu. Selama operasi rintisan ini, para petugas medis membuka ruang antara vagina dan anusnya.
Selanjutnya, mereka memasukkan cetakan berbentuk genital yang dilapisi dengan kulit ikan.
Kulit ikan tersebut kemudian bertindak seperti sel induk dan diserap ke dalam tubuhnya yang melapisi saluran vagina.
Dirangkum dari Mirror, Kamis (31/05/2018), di bawah prosedur ini, Marinho mengabiskan waktu berminggu-minggu di tempat tidur tanpa bergerak. Ini membuatnya harus belajar berjalan kembali.
Marinho sempat mengalami pendarahan internal ringan. Tapi, setelah tiga minggu, dia dinyatakan pulih dan bisa keluar dari rumah sakit.
“Keluarga dan teman-teman saya, yang selalu ada untuk saya, membawa saya keluar untuk merayakan vagina baru saya,” kata Marinho.
"Dan rasanya sangat baik untuk memiliki sesuatu yang mayoritas wanita anggap biasa," tambahnya.
Kulit Ikan yang Digunakan
Tentu kulit ikan yang digunakan tak sembarangan.
Sebelum digunakan, kulit ikan tersebut dibersihkan dan disterilisasi dilaboratorium. Selanjutnya, para peneliti menggunakan penyinaran untuk membunuh virus di kulit ikan tersebut.
Proses itu juga termasuk menghilangkan semua sisik dan bau amis ikan.
Dr Bezerra, yang memimpin tim ahli bedah multidisiplin di Assis Chateaubriand Maternity School (MEAC), telah merawat empat penderita MRKH, juga dikenal sebagai agenesis vagina. Dia terkenal dengan pengobatan terobosannya dalam hal ini.
Metode yang digunakan Dr Bezerra juga disebut kurang invasif jika dibandingkan dengan metode tradisional, yang melibatkan menciptakan saluran vagina menggunakan cangkok yang luas dari selangkangan pasien.
Sekitar 23 pasien telah menjalani pengobatan konvensional di MEAC selama sepuluh tahun terakhir.
“Prosedur terdahulu bisa memakan waktu dan menyakitkan karena pasien perlu pulih dari sayatan besar yang meninggalkan bekas luka yang bisa sedap dipandang dan stigmatisasi. Ada juga kemungkinan ketidaknyamanan dengan jaringan yang direkonstruksi,” jelas Dr Bezerra dikutip dari The Sun, Kamis (31/05/2018).
Sebagai perbandingan, metode neovaginaplasty usulannya memiliki tingkat pemulihan yang lebih cepat tanpa bekas luka yang terlihat.
Selain itu, komplikasi yang mungkin terjadi minimal dan bahkan tanpa risiko penolakan atau infeksi.
Ditambah lagi, biaya dan bahan medis rendah dengan waktu operasi lebih cepat menjadi daya tarik. Apalagi, bahan kulit ikan tilapia tersebut melimpah, murah, dan banyak tersedia di sungai-sungai dan peternakan ikan di Brasil.
Di luar hal tersebut, penelitian ini merupakan sebuah terobosan. Pasalnya, para peneliti menunjukkan bahwa kulit ikan tilapia, yang biasanya dibuang sebagai produk limbah, ternyata mengandung banyak uap air dan kaya kolagen tipe 1.
Kolagen tipe 1 merupakan protein yang mendorong penyembuhan. Artinya, kulit ikan tilapia tahan terhadap penyakit dan sama kuat seperti kulit manusia.
Sejak 2015, para ilmuwan di UFC Research and Development of Medicines Nucleus telah melakukan uji coba menggunakan kulit ikan air tawar tersebut. Mereka menggunakannya untuk menyembuhkan 200 korban luka bakar parah.
Hasilnya, kulit ikan yang punya kelembapan tinggi ini mampu memulihkan luka bakar tersebut.
"Ada momen eureka ketika kami berpikir, jika selaput ini dapat digunakan untuk luka bakar, mengapa tidak bisa digunakan untuk vagina," kata Dr Bezerra yang mulai menyelidiki prosedur pada Januari 2016.
https://sains.kompas.com/read/2018/06/04/193400823/lahir-tanpa-vagina-tiruan-kelamin-wanita-ini-terbuat-dari-kulit-ikan