KOMPAS.com – Pemerintah Amerika Serikat baru saja mengeluarkan peringatan kesehatan bagi para pegawai negerinya yang berada di China.
Peringatan tersebut menanggapi kejadian di mana salah seorang pegawai konsulat AS yang ditugaskan di Guangzhou, China mengalami cedera otak misterius setelah mengalami “sensasi suara dan tekanan yang aneh”.
“Jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai gejala atau masalah medis yang terjadi selama atau setelah ditugaskan di China, segera berkonsultasi dengan pakar kesehatan,” ujar peringatan tersebut.
“Jika selama berada di China, Anda mengalami fenomena sensoris atau suara yang akut dibarengi dengan bunyi yang tidak lazim, jangan berusaha menemukan sumbernya. Sebaliknya, pergilah ke lokasi di mana suara tersebut tidak lagi terdengar,” imbuh peringatan tersebut.
Kasus di Kuba
Hingga kini, belum ada penyebab pasti yang dapat menjelaskan cedera yang dialami pegawai tersebut. Namun, banyak yang menunjuk pada serangan ultrasonik.
Pasalnya, kasus kali ini mengingatkan warga AS dengan kejadian serupa di Kuba.
Live Science, Rabu (9/5/2018), melaporkan bahwa dari akhir 2016 hingga Agustus 2017, 24 warga AS yang berada di Kuba melaporkan telah mengalami episode suara dan sensori yang aneh, seperti bunyi yang menganggu hingga tekanan dan getaran.
Laporan tersebut ditindaklanjuti dengan pengecekan kesehatan terhadap 21 individu di antaranya yang kemudian mengungkapkan bahwa mereka telah mengalami cedera pada jaringan otak yang meluas.
Tangapan awal pemerintah AS terhadap kasus tersebut adalah dugaan bahwa 21 individu tersebut telah diserang menggunakan senjata ultrasonik, walaupun klaim ini kemudian dibantah oleh para pakar.
Timothy Leighton, seorang profesor akustik dari University of Southampton di Inggris, bahkan menyebut konsep penggunaan gelombang ultrasonik sebagai senjata “tidak masuk akal”.
Dalam presentasinya di 75th Meeting of the Acoustical Society of America, Leighton menjelaskan bahwa gelombang ultrasonik hanyalah gelombang suara yang berfrekuensi sangat tinggi, bahkan terlalu tinggi untuk didengar manusia.
Gelombang ini, ujar Leighton, hanya menyebabkan gejala telinga yang berdenging atau mual pada orang-orang yang sensitif.
Itu pun tidak merata. Mayoritas orang dewasa, terutama pria, lebih sulit untuk mendengar suara berfrekuensi tinggi daripada anak-anak.
Oleh karena itu, Leighton skeptis bila ada pihak yang menggunakan senjata sonik terhadap para petugas kedutaan yang kebanyakan mayoritas orang dewasa, apalagi jika mereka tersebar di sebuah gedung.
“Kecuali jika targetnya adalah ruang bersalin dan kita ingin membuat semua bayi di ruangan tersebut menangis, maka (gelombang ultrasonik) adalah senjata yang bisa kita pilih,” imbuhnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/06/01/040300423/dengar-suara-aneh-pegawai-negeri-as-di-china-alami-cedera-otak