KOMPAS.com - Alam semesta merupakan tempat yang sangat luas. Tak hanya itu, semesta juga penuh dengan pasokan yang berpotensi memberi hidup tak terbatas.
Namun, hingga saat ini kita tak pernah menemukan kehidupan lain selain di Bumi.
Hal ini disebut dengan Fermi Paradox, yaitu anomali ilmiah membingungkan tentang alam semesta dan kehidupan alien.
Sejak paradoks ini diformulasikan beberapa dekade lalu, banyak pertanyaan yang muncul. Di antaranya, apakah alien sedang berhibernasi, ada yang menghalangi evolusi mereka, atau mungkin mereka tidak ingin berhubungan dengan manusia?
Alexander Berezin, seorang fisikawan teoretis dari National Research University of Electronic Technology (MIET) di Rusia punya penjelasannya sendiri.
Dia mengusulkan ide tentang "yang pertama masuk, keluar terakhir" dalam Fermi paradox.
Dalam makalahnya yang terdapat pada arXiv.org, Berezin menyebut paradoks tersebut memiliki "solusi sepele, tidak memerlukan asumsi kontroversial".
Meski begitu, menurutnya, solusi ini "sulit diterima karena meramalkan masa depan dari peradaban manusia yang mungkin lebih buruk dari kepunahan."
Pengertian Alien Diperluas
Berezin melihat masalah yang terdapat dalam Fermi Paradox adalah kite mendefinisikan alien dengan pengertian yang sempit.
"Sifat spesifik asli dari peradaban yang muncul ke tingkat antar-bintang seharusnya tidak menjadi masalah," tulis Berezin dikutip dari Science Alert, Selasa (29/05/2018).
"Mereka mungkin organisme biologis seperti kita, atau AI 'nakal' yang memberontak pada penciptanya, bahkan mungkin pikiran yang menyebar dalam skala planet seperti yang digambarkan Stanislaw Lem dalam Solaris," imbuhnya.
Meski sudah memperluas definisi, tapi hingga saat ini memang belum ada tanda-tanda keberadaan alien yang ditemukan.
Maka, menurut Berezin, satu-satunya parameter yang perlu diperhatikan dalam definisi ini adalah ambang fisik di mana kita bisa mengamati keberadaannya.
"Satu-satunya variabel yang bisa kita ukur secara objektif adalah probabilitas kehidupan yang dapat dideteksi dari luar angkasa dalam rentang tertentu dari Bumi," jelas Berezin.
"Sederhananya, kita menyebut 'parameter A'," sambungnya.
Peradaban alien mungkin saja mencapai parameter tersebut, baik itu melakukan perjalanan antar-bintang, berkomunikasi lintas ruang, dan sebagainya.
Masuk Pertama, Keluar Terakhir
Namun, meski begitu, ini tidak serta merta membuat kita memecahkan paradoks tersebut.
Inilah yang membuat Berezin mengusulkan "masuk pertama, keluar terakhir".
Solusi tersebut artinya, kehidupan pertama yang mencapai perjalanan antar-bintang akan menghancurkan saingannya untuk mendorong ekspansi.
Menurut Berezin, itu bukan berarti peradaban luar angkasa sangat maju dan secara sadar menghancurkan bentuk kehidupan lain.
"(Tapi mungkin) Mereka tidak akan memperhatikan kehidupan lain, cara yang sama dengan awak konstruksi ketika menghancurkan sarang semut untuk membangun real estate," ujar Berezin.
Hal itu terjadi karena kurangnya perhatian untuk melindungi sarang semut dan lebih fokus pada tujuannya membangun real estate.
Meski begitu, kita bukan berarti semut. Bisa jadi kita adalah pekerja konstruksi tersebut.
"Dengan asumsi hipotesis di atas benar, apa artinya bagi masa depan kita?" tulis Berezin.
"Satu-satunya penjelasan tentang hal ini adalah prinsip antropis. Kita adalah yang pertama tiba di tahap (antar-bintang). Dan, kemungkinan besar, akan menjadi yang terakhir pergi," tambahnya.
Meskipun ini adalah usulannya, tapi Berezin berharap dirinya salah. Apalagi banyak ilmuwan yang jauh lebih optimis tentang kapan kita akan menemukan kehidupan alien yang maju.
https://sains.kompas.com/read/2018/05/31/210500223/kenapa-kita-tak-pernah-bertemu-alien-fisikawan-ini-menjawabnya