"Banyak biksu yang mengalami obesitas atau memiliki masalah dengan lutut dan kaki mereka," kata Phra Sajjayanoe.
"Beberapa biarawan menderita diabetes dan kakinya diamputasi. Jadi mereka tidak bisa berjalan," imbuhnya.
Ketika para peneliti mendalami kebiasaan diet para biksu, mereka awalnya bingung.
Mereka menemukan total asupan kalori para biksu hampir sama dengan jumlah kalori laki-laki dewasa di Thailand.
"Saat kami lebih mendalami kasus ini, kami kaget. Masalahnya ada pada minuman biksu," kata ahli nutrisi Jongjit Angkatavanich dari Departemen Nutrisi dan Diet Universitas Chulalongkorn.
Para biksu dilarang makan setelah tengah hari. Sebagai gantinya, banyak dari mereka yang mengonsumsi minuman manis untuk tetap bertenaga.
"Dalam agama Buddha kita menyebutnya panna, terminologi pali untuk minuman yang diizinkan bagi para biksu untuk dikonsumsi setelah tengah hari," kata Jongjit.
"Tapi, sekarang ini, jenis minuman yang diberikan kepada para biksu sudah berubah, mulai dari soda dan minuman manis lainnya," imbuhnya.
Kualitas makanan sumbangan
Masalah lain, kata Jongit, adalah kualitas makanan yang disumbangkan kepada para biksu.
Secara tradisional, para biksu dan samanera meninggalkan kuil menjelang fajar dan menyusuri jalanan menerima makanan dengan mangkuk khusus.
Dukungan masyarakat terhadap kuil lokal tumbuh subur, bahkan di ibu kota.
"Saya biasanya memberi saus pedas dan sayuran, tapi bukan kari atau makanan berminyak," kata Somwong Palakawong sambil mengaduk sendok kembang kol dan brokoli ke dalam kantong plastik kecil dan menuangnya ke dalam mangkuk para biarawan.
"Saya tidak akan memberi pencuci mulut yang manis karena itu akan membuat mereka gemuk," kata Somwong.
Sekelompok kecil biarawan berkumpul di sekitarnya dan mengucapkan berkat singkat.
Ini adalah adegan yang lumrah terlihat di seluruh negeri, memberi makan lebih dari 120.000 biksu di seluruh Thailand.
Tetapi, tidak semua penyumbang makanan sama seperti Somwong.
"Beberapa makanan terlalu banyak MSG yang menyebabkan penyakit dan kegemukan. Kadang-kadang nasi dan kari sudah basi atau sudah ada jamur di makanan penutupnya," tutur Phra Sajjayanoe.
Timnya telah menerbitkan resep sehat yang mudah disiapkan umat Buddha di rumah untuk disumbangkan pada para biksu di jalan.
Jongjit menyarankan agar warga memberikan menu nasi merah, sayuran, dan protein untuk para biksu.
Petuah dari biksu berusia 90 tahun
Para biksu mengatakan, mereka tidak menyadari bertambah gemuk karena jubah mereka yang longgar.
Beberapa biksu telah berhasil menghindari perangkap modern kehidupan biara. Mereka memiliki tubuh ideal dan masih hidup sehat di atas rata-rata usia orang Thailand.
"Para biksu harus makan dalam jumlah yang tepat, tidak terlalu banyak. Makanlah makanan yang mudah dicerna dan olahraga sangat penting, jangan stres," kata Phra Samusupan, 90 tahun, yang menghindari makanan pedas.
https://sains.kompas.com/read/2018/05/30/063200623/ahli-gizi-minuman-manis-rusak-kesehatan-biksu-thailand