Saat kulit terbakar karena sengatan matahari, sel-sel kulit mengalami kerusakan. Hal inilah yang memicu meningkatkan risiko kanker kulit.
"Tak ada yang namanya berjemur itu aman," ujar Dr. Roxana Daneshjou, ahli dermatologi dari Stanford University School of Medicine.
Daneshjou menjelaskan, melanin adalah pigmen di sel-sel kulit yang diproduksi saat sinar UV mengenai kulit. Semakin banyak melanin yang diproduksi, maka semakin gelap warna kulit kita.
"Memang benar melanin dapat melindungi tubuh dari bahaya sinar UV dan berperan sebagai tabir surya alami, sampai tahap tertentu," jelas Daneshjou.
"Namun, menambahkan dosis tambahan melanin ke kulit lewat berjemur sebenarnya adalah mekanisme pertahanan yang dimulai setelah terjadi kerusakan di kulit," jelasnya.
Ia menuturkan, orang-orang yang rela melakukan tanning dengan alasan estetika sebenarnya telah menyakiti diri sendiri untuk jangka panjang.
Dalam ilmu dermatologi, ada dua bagian berbahaya dari sinar UV, yakni UV-A dan UV-B.
Keduanya berperan merusak DNA yang dapat menyebabkan kanker kulit. Namun, UV-A secara khusus juga berkontribusi dalam menyebabkan penuaan dini karena ia memecah kolagen alami di kulit.
"Kolagen adalah struktur pendukung untuk kulit. Tanpa itu, kulit akan berkerut, tipis, dan tidak kencang," imbuhnya.
Daneshjou membeberkan, sebenarnya tidak ada produk untuk mengatasi penuaan, bahkan yang direkomendasikan dokter kulit sekali pun.
Untuk mencegah penuaan, ahli dermatologi merekomendasikan semua orang, apapun warna kulitnya, untuk menggunakan tabir surya yang mampu melindungi dari UV-A dan UV-B.
Paparan UV-B meningkat di musim kemarau dan menurun di musim penghujan. Ini berbeda dnegan UV-A yang dapat terjadi sepanjang tahun.
"Meski ada di dalam ruangan dan tidak terkena matahari, kita tetap harus menggunakan tabir surya. Sinar UV juga dapat menembus kaca mobil," tegasnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/05/28/203100123/solusi-cegah-penuaan-dini-sampai-kanker-kulit-menurut-ahli-